Seperti PKL lain, dirinya menyimpan rasa khawatir saat mulai dipindah ke lokasi baru ini karena harus mulai dari awal lagi, mencari pelanggan lagi.
“Babat alas kan, ya pelan-pelanlah,” kata dia.
Dia berharap, dengan relokasi ini, omzet dapat lebih meningkat jika dibandingkan dengan sebelumnya saat berjualan di trotoar Malioboro.
“Omzet enggak mesti, pernah dua hari enggak ada pembeli. Semoga bisa lancar jualan di sini,” ujar dia.
Pedagang lainnya Eko Budiono menempati Teras Malioboro 1, tepatnya di lantai dua.
Dia mulai membawa dagangannya berupa sandal jepit khas Yogyakarta, mulai mencoba lapak baru dengan menjajakan dagangannya.
Sama dengan pedagang lainnya, pada hari ini, dia memilih untuk tidak berjualan terlebih dahulu karena ingin mencoba menjajakan dagangannya di lapak yang baru.
Baca juga: Alasan Pemerintah DIY Tetap Relokasi PKL Malioboro pada Januari sampai Februari
“Mau display barang seperti apa kan masih bingung karena baru pertama. Ini yang dibawa barangnya juga sedikit,” kata dia.
Dia menata dagangannya sejak pukul 09.00 WIB dan menilai lapak yang disediakan sudah cukup bagus.
“Kalau lapak bagus, tetapi lakunya dan ramainya jadi tugas pemerintah untuk mempromosikan,” kata dia.
Di lokasi baru ini dirinya mendapatkan lapak berukuran kurang dari 1 meter, tempat penyimpanan barang dan juga kursi untuk menunggu dagangannya.
Saat membawa barang ke lantai dua, dirinya juga tidak merasa kesulitan karena bisa menggunakan lift.
“Kalau lapaknya ideal itu satu meter, kalau ini kurang dari 1 meter. Cuma ya bagaimana lagi,” ujar pria yang sudah berjualan di Malioboro selama 30 tahun.
Selama berjualan di Malioboro, jika saat musim liburan, ia bisa mendapatkan omzet sebesar Rp 1 juta dalam waktu satu hari.