Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Tempat Relokasi Tak Layak, PKL Malioboro Ancam Kembali ke Tempat Semula

Kompas.com, 24 Januari 2022, 22:07 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Pedagang Kaki Lima (PKL) Malioboro mengancam, mereka akan kembali lagi ke tempat semula jika tempat relokasi tidak bisa menampung seluruh pedagang dan penjualan menurun karena sepi pengunjung.

Ketua Paguyuban Handayani Kuliner Siang Sogi Wartono mengatakan, saat sosialisasi dengan pemerintah dirinya menanyakan terkait ada tidaknya kompensasi yang diberikan oleh pemerintah jika pengunjung sepi, dan dirinya mendapatkan jawaban bahwa tidak ada kompensasi bagi PKL jika tempat barunya nanti sepi.

"Sebelum direlokasi ini kalau Malioboro sepi pedagang hanya bisa menjual dua sampai tiga piring. Kalau masuk ke gedung eks bioskop indra lalu bagaimana, kompensasi gak ada. Pemerintah gak tanggung jawab, kalau relokasi kan harusnya ada kompensasi," kata Sogi setelah mengikuti Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) di gedung DPRD Kota Yogyakarta, Senin (24/1/2022).

Baca juga: LBH Yogyakarta Terima 159 Aduan dari PKL Malioboro yang Menolak Relokasi

Ia membeberkan rencana relokasi memang sudah digaungkan oleh pemerintah sejak lama, tetapi sosialiasi baru saja diberikan pada akhir tahun. Pada sosialisasi itu para PKL hanya diberikan waktu selama satu bulan untuk bersiap-siap sebelum direlokasi ke temoat baru.

Menurut Sogi dalam sosialiasi yang dilakukan oleh pemerintah juga tidak jelas karena PKL tidak diajak musyawarah terlebih dahulu, para PKL juga tidak diberitahu ukuran lapak di tempat yang baru berapa meter.

"Tidak secara tiba-tiba koordinasi dalam jangka waktu 1 bulan disuruh pindah semua padahal lapak belum jelas apalagi layak," katanya.

"Kalau lapak tidak jelas, tidak sesuai dan tidak bisa menampung seluruh anggota. Saya akan kembali lagi kesana (tempat awal)," katanya.

Dirinya telah melakukan pengecekan tempat relokasi sendiri dan menurut Sogi lokasi di eks gedung bioskop Indra tidak mencukupi untuk dirinya berjaualan.

Lantaran, lapaknya sekarang berukuran 3 meter sedangkan dirinya hanya diberikan lapak ukuran 1 meter di eks gedung bioskop Indra.

Baca juga: Gedung Eks Dinas Pariwisata Hanya Digunakan Selama 2 Tahun oleh PKL Malioboro

"Ini kan nggak pas, jadi kalau kata orang Jawa gur sak-sak e (hanya asal-asalan). Saya sudah ke sana tetapi tidak menghitung kapasitas, kalau kita berebutan dan tidak mencukupi saya kembali ke lapangan (pinggir Maliobiro) lagi karena ini belum cukup," ungkap dia.

Atas alasan tersebut dirinya bersama PKL lainnya menginginkan relokasi ditunda selama 1 sampai dengan 3 tahun sembari pemrintah melakukan penambahan pembangunan, mengingat lokasi lainnya yakni eks gedung Dinas Pariwisata bersifat shelter atau sementara.

"Itu yang diutamakan penundaan 1 sampai 3 tahun kekurungan pembangunan bisa selesai gak mendadak sementara di shelter nanti dipindah lagi kan repot. Sehingga dana pemerintab tidak mubadzir dikerjakan dengan bagus," katanya.

Sementara itu Ketua Pansus Relokasi PKL Malioboro, DPRD Kota Yogyakarta Antonius Foki Ardyanto mengatakan, pemerintah telah memprediksi akan terjadi gelombang ketiga Covid-19 pada Maret.

Sehingga, penundaan relokasi sekaligus untuk menghindari para PKL terdampak gelombang tiga Covid.

"Kalau sudah direlokasi, kena Omicron lagi kan, negara tidak mempunyai sense of crisis," beber dia.

Baca juga: Pansus Relokasi PKL Malioboro Resmi Dibentuk, Tugas Pertama Jadi Mediator Pemkot dan PKL

Halaman:


Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau