Total murid yang saat ini ada di SD Sanjaya Giring ada 6 orang.
Adapun kelas 1 yang naik ke kelas 2 ada dua orang, kelas 3 yang naik ke kelas 4 ada satu orang, dan murid kelas 5 yang naik ke kelas 6 ada tiga orang.
"Sampai hari ini tidak ada yang mendaftar ke sekolah kami, dan total murid hanya 6 orang," kata dia.
Upaya dari pihak sekolah, kata Supama, terus dilakukan mulai dari berkomunikasi dengan TK.
Komunikasi ini sebenarnya cukup intens karena hampir seluruh guru TK di Giring merupakan alumni dari SD Sanjaya Giring.
Baca juga: Tercatat 71 Kasus, Pernikahan Usia Anak di Yogyakarta Dipicu Hamil di Luar Nikah
Namun, apa daya, kebanyakan wali murid memilih untuk sekolah di SD Negeri atau swasta yang baru saja berdiri.
Padahal, untuk sekolah di SD Sanjaya tidak dipungut biaya, mendapatkan seragam gratis, hingga study tour.
"Di sini sudah kami tawarkan dari masuk sampai lulus gratis," kata Supama.
Supama menjamin, anak yang saat ini masih tersisa mendapatkan pelajaran yang maksimal. Mereka juga mendapatkan ekstrakurikuler tari dan pramuka.
Pihak sekolah maupun yayasan bersepakat untuk tetap memberikan pelayanan kepada anak-anak.
"Sampai kapanpun kami tetap akan memberikan pelayanan kepada masyarakat sekitar untuk mendapatkan pendidikan. Entah nantinya masih sekolah ataupun yang berhubungan dengan pendidikan," kata Supama, yang bertugas mulai tahun 2017.
Saat ini, ada tiga guru termasuk Supama, dan seorang penjaga sekolah. Mereka bekerja dobel jabatan, agar seluruh kegiatan bisa dilakukan.
Diakuinya, untuk operasional sekolah pihaknya juga kerepotan, karena murid minim, berpengaruh terhadap bantuan operasional sekolah (BOS).
Baca juga: Kerja Bakti Bersama di Tamansiswa Simbol Perdamaian Antara Perguruan Silat dan Suporter Yogyakarta
BOS enam anak, total Rp 5,7 juta setiap tahunnya.
Untuk tambahan operasional dan honor guru kebetulan ada donatur dari Jakarta.
Sekitar tiga tahun terakhir dapat bantuan Rp 1 juta, per bulan.
"Honornya bapak ibu mengikuti uang yang datang itu, dan kebetulan saya yang PNS," kata dia.