Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Padukuhan Kregolan dan Anggapan Pagar yang Jadi Pemisah Hubungan Antarwarga

Kompas.com - 26/12/2023, 22:27 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Padukuhan Kregolan, yang terletak di Kalurahan Margomulyo, Kapanewon Seyegan, Kabupaten Sleman memiliki tradisi unik seputar pagar.

Keunikan ini terkait dengan nama Padukuhan Kregolan yang berasal dari kata “regol” yang dalam bahasa Jawa juga berarti pagar.

Baca juga: Tanjakan Cinomati, Jalur Ekstrem di Bantul yang Mau Dihapus dari Google Maps

Seperti diketahui, warga di Padukuhan Kregolan menjalani tradisi berupa pantangan atau larangan yang tidak boleh dilanggar, diantaranya yaitu tidak diperkenankan membuat regol atau gapura.

Konon, jika pantangan ini dilanggar maka akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada keluarga yang membangunnya.

Tradisi ini juga terkait dengan kisah pendiri kampung tersebut yang bernama Kyai dan Nyai Regol.

Baca juga: Gereja St Fransiskus Xaverius Kidul Loji, Gereja Tertua di Yogyakarta yang Disebut Gereja Londo

Pantangan Membangun Regol di Padukuhan Kregolan

Di Padukuhan Kregolan, pantangan atau larangan membangun regol merupakan tradisi yang dipercaya dan telah dilaksanakan warga secara turun-temurun.

Warga tidak diperkenankan membuat regol atau gapura, khususnya gapura bergaya paduraksa atau gapura yang menyatu di bagian atasnya sehingga bisa meneduhi orang yang berjalan melaluinya.

Pantangan agar tidak membuat regol bagi warga setempat dimaksudkan agar benda atau bangunan yang dinamakan regol itu tidak menyamai nama pendiri kampung tersebut yaitu Kyai dan Nyai Regol.

Baca juga: Tugu Ngejaman, Penunjuk Waktu Peninggalan Belanda di Sisi Jalan Malioboro

Selain itu, warga Padukuhan Kregolan berkeyakinan bahwa adanya pagar membuat kebersamaan antar masyarakat menjadi berkurang.

Pagar dianggap sebagai pemisah hubungan antarwarga, sehingga bangunan tanpa regol diharapkan dapat membuat tetangga dapat bebas untuk saling berkunjung.

Di sisi lain, masyarakat Jawa memang dikenal mempercayai aturan dalam membangun regol yang tidak bisa dilakukan secara sembarangan.

Dikutip dari akun resmi Paniradya Kaistmewaan, membuat atau meletakkan regol sebagai pintu masuk pekarangan harus berpatokan pada perhitungan yang berhubungan dengan paham keselamatan, keberuntungan, serta etika yang berlaku.

Salah satunya penempatan pintu gerbang yang tidak dibangun tegak lurus dengan pendapa dan ndalem ageng.

Hal ini dilakukan sebagai bentuk penerapan etika yaitu untuk tidak menunjukkan kekayaan atau pamer, tidak menunjukkan kesibukan yang terjadi di dalam rumah, serta untuk menghindari roh jahat yang datang langsung ke rumah.

Kemudian, ada juga perhitungan yang dipergunakan untuk meletakkan regol yang diyakini memiliki watak (karakter) berdasarkan hitungannya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Golkar-PKB Koalisi di Pilkada Gunungkidul 2024, Sudah Ada Calon?

Golkar-PKB Koalisi di Pilkada Gunungkidul 2024, Sudah Ada Calon?

Yogyakarta
'Study Tour' Dilarang, GIPI DIY Khawatir Wisatawan Turun jika Pemerintah Tak Tegas

"Study Tour" Dilarang, GIPI DIY Khawatir Wisatawan Turun jika Pemerintah Tak Tegas

Yogyakarta
Jelang Idul Adha, Begini Cara Memilih Sapi Kurban Menurut Pakar UGM

Jelang Idul Adha, Begini Cara Memilih Sapi Kurban Menurut Pakar UGM

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Senin 20 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Yogyakarta
Duka Keluarga Korban Pesawat Jatuh di BSD Serpong: Lebaran Kemarin Tak Sempat Pulang...

Duka Keluarga Korban Pesawat Jatuh di BSD Serpong: Lebaran Kemarin Tak Sempat Pulang...

Yogyakarta
Sejumlah Daerah Larang 'Study Tour', Pemda DIY Yakin Tak Pengaruhi Kunjungan Wisata

Sejumlah Daerah Larang "Study Tour", Pemda DIY Yakin Tak Pengaruhi Kunjungan Wisata

Yogyakarta
Ditemukan Selamat, 2 Nelayan Gunungkidul Disambut Tangis Haru Keluarga

Ditemukan Selamat, 2 Nelayan Gunungkidul Disambut Tangis Haru Keluarga

Yogyakarta
Hilang 2 Hari, Nelayan Ditemukan Terombang-ambing karena Mesin Kapal Rusak

Hilang 2 Hari, Nelayan Ditemukan Terombang-ambing karena Mesin Kapal Rusak

Yogyakarta
Kapal Karam, Nelayan di Gunungkidul Kirim Video kepada Petugas Minta Pertolongan

Kapal Karam, Nelayan di Gunungkidul Kirim Video kepada Petugas Minta Pertolongan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Minggu 19 Mei 2024, dan Besok : Pagi hingga Siang Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Minggu 19 Mei 2024, dan Besok : Pagi hingga Siang Cerah Berawan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Minggu 19 Mei 2024, dan Besok : Malam Ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Minggu 19 Mei 2024, dan Besok : Malam Ini Cerah Berawan

Yogyakarta
Dua Nelayan Hilang Kontak di Perairan Gunungkidul, Hasil Pencarian Masih Nihil

Dua Nelayan Hilang Kontak di Perairan Gunungkidul, Hasil Pencarian Masih Nihil

Yogyakarta
Tolak Larangan Study Tour, PHRI DIY: Awasi Kelayakan Kendaraan

Tolak Larangan Study Tour, PHRI DIY: Awasi Kelayakan Kendaraan

Yogyakarta
Jokowi Diminta Tetap Berpolitik Usai Tidak Jadi Presiden, Projo: Rakyat Masih Butuh Bapak

Jokowi Diminta Tetap Berpolitik Usai Tidak Jadi Presiden, Projo: Rakyat Masih Butuh Bapak

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com