Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Antraks di Gunungkidul, Tak Ada Laporan Kasus Baru tapi Tetap Waspada

Kompas.com - 14/12/2023, 08:36 WIB
Markus Yuwono,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

Gunungkidul mendapatkan jatah sebanyak 11.017 dosis. Sementara DIY sebanyak 12.667 dosis. Sisanya sebanyak 37.133 dosis jadi cadangan di Balai Besar Veteriner Yogyakarta.

Edukasi soal Brandu

Wibawanti mengatakan, pihaknya juga terus melakukan sosialisasi terhadap tradisi brandu yang masih dianut oleh sebagian masyarakat. Salah satunya pernah terjadi di Padukuhan Jati, dan mengakibatkan puluhan warga menderita antraks.

Brandu merupakan tradisi membantu warga yang hewannya sakit atau mati mendadak. Mereka membayar kesepakatan atau seiklasnya dan ditukar daging ternak yang sakit atau mati medadak tersebut.

"Edukasi terus kita lakukan terkait brandu, kita hati-hati kalau matinya jelas mendadak tidak usah dikonsumsi," kata dia.

Baca juga: Tanah Negatif Spora Antraks, Warga di Gunungkidul Tetap Diimbau Hati-hati

Sebelumnya, Kepala Bidang Kesehatan Hewan, DPKH Gunungkidul, Retno Widyastuti mengakui tradisi brandu menjadi kendala dalam penanganan antraks di Gunungkidul. Ternak yang sudah muncul bakteri antraks sebenarnya bisa diberikan obat, dan sembuh.

Berbeda jika mati, dan langsung disembelih bakteri akan mudah menjadi spora. Selain itu, jika langsung dikubur spora tidak akan menyebar. Spora ini bertahan sekitar 40 tahun hingga 80 tahun.

Kasus antraks di Gunungkidul

Kasus antraks terjadi di Padukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu, Gunungkidul. Kematian ternak pertama terjadi pada 18 Mei 2023. Lalu berturut-turut hingga bulan Juni 2023.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan, DPKH Gunungkidul, Retno Widyastuti mengaku pihaknya  mendapatkan laporan pada 2 Juni 2023. Lalu melakukan penelusuran.

"Jadi saya enggak nemu bangkai, yang saya periksa yang saya uji kan ke laboratorium itu adalah tanah bekas sembelihan. Dagingnya sudah dimakan," kata Retno.

Berdasarkan hasil pemeriksaan menyeluruh, total ada 6 sapi dan 6 kambing dari Pedukuhan Jati yang positif Antraks.

DPKH Gunungkidul langsung melakukan lokalisasi alias pembatasan pergerakan ternak dari Jati. Langkah ini dilakukan sejak 2 Juni 2023, atau setelah laporan temuan kasus diterima.

"Jadi saat Idul Adha pun dipastikan tidak ada ternak keluar dari sana, karena sudah disetop," kata Wibawanti.

Baca juga: Hasil Uji Lab Tanah Lokasi Warga Positif Antraks di Gunungkidul Ternyata Negatif Spora

Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta, memastikan hanya satu warga yang positif antraks meninggal dunia. Sementara dua yang lainnya meninggal tidak diperiksa terkait antraks.

"Jumlah warga yang meninggal satu yang betul-betul kena antraks," kata Wakil Bupati Gunungkidul Heri Susanto ditemui di kantor Pemkab Gunungkidul Rabu (5/7/2023).

Dijelaskannya laporan pertama yang masuk mengenai matinya sapi pada 2 Juni 2023 lalu, dan dilakukan penelusuran oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, serta Dinas Kesehatan.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Dua Nelayan Hilang Kontak di Perairan Gunungkidul, Hasil Pencarian Masih Nihil

Dua Nelayan Hilang Kontak di Perairan Gunungkidul, Hasil Pencarian Masih Nihil

Yogyakarta
Tolak Larangan Study Tour, PHRI DIY: Awasi Kelayakan Kendaraan

Tolak Larangan Study Tour, PHRI DIY: Awasi Kelayakan Kendaraan

Yogyakarta
Jokowi Diminta Tetap Berpolitik Usai Tidak Jadi Presiden, Projo: Rakyat Masih Butuh Bapak

Jokowi Diminta Tetap Berpolitik Usai Tidak Jadi Presiden, Projo: Rakyat Masih Butuh Bapak

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Malam Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok : Malam Cerah Berawan

Yogyakarta
Bantul dan Yogyakarta Kerja Sama Olah Sampah, Sultan: Semoga UMKM Tumbuh

Bantul dan Yogyakarta Kerja Sama Olah Sampah, Sultan: Semoga UMKM Tumbuh

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok :Cerah Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Sabtu 18 Mei 2024, dan Besok :Cerah Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Mahasiswa FH UGM Hendak Tabrak Mahasiswa Lain Pakai Mobil, Ini Penyebabnya

Mahasiswa FH UGM Hendak Tabrak Mahasiswa Lain Pakai Mobil, Ini Penyebabnya

Yogyakarta
Duet Kustini-Danang di Pilkada Sleman Masih Terbuka, meski Sama-sama Daftar Bakal Calon Bupati

Duet Kustini-Danang di Pilkada Sleman Masih Terbuka, meski Sama-sama Daftar Bakal Calon Bupati

Yogyakarta
Pemkot Yogyakarta Bakal Kirim Sampah ke Bantul untuk Diolah

Pemkot Yogyakarta Bakal Kirim Sampah ke Bantul untuk Diolah

Yogyakarta
Kantornya Digeruduk Warga Gara-gara Penumpukan Sampah, Ini Respons DLH Yogyakarta

Kantornya Digeruduk Warga Gara-gara Penumpukan Sampah, Ini Respons DLH Yogyakarta

Yogyakarta
Bupati Sleman Kustini Mendaftar Maju Pilkada lewat PDI-P

Bupati Sleman Kustini Mendaftar Maju Pilkada lewat PDI-P

Yogyakarta
Tumpukan Sampah di Depo Pengok Yogyakarta, Ekonomi Warga Terdampak

Tumpukan Sampah di Depo Pengok Yogyakarta, Ekonomi Warga Terdampak

Yogyakarta
Bau Sampah Tercium hingga Radius 1 Km, Warga Kampung Pengok Geruduk Kantor DLH Kota Yogyakarta

Bau Sampah Tercium hingga Radius 1 Km, Warga Kampung Pengok Geruduk Kantor DLH Kota Yogyakarta

Yogyakarta
Sayangkan Larangan 'Study Tour' di Sejumlah Daerah, PHRI Gunungkidul: Bisa Berdampak Luas

Sayangkan Larangan "Study Tour" di Sejumlah Daerah, PHRI Gunungkidul: Bisa Berdampak Luas

Yogyakarta
Beberapa Daerah Larang 'Study Tour', PHRI DIY: Apa Bedanya dengan Kunker?

Beberapa Daerah Larang "Study Tour", PHRI DIY: Apa Bedanya dengan Kunker?

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com