Salin Artikel

Kasus Antraks di Gunungkidul, Tak Ada Laporan Kasus Baru tapi Tetap Waspada

Kepala DPKH Gunungkidul Wibawanti Wulandari mengatakan, pihaknya sudah tidak menerima laporan mengenai sapi atau kambing mati mendadak akibat antraks. Terakhir laporan di wilayah Padukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Semanu.

"Laporan terakhir dari Jati, laporan ke saya belum ada lagi. Ketika ada kematian mendadak disebut antraks jika sudah dilakukan pemeriksaan laboratorium," kata Wibawanti saat dihubungi melalui telepon Selasa (12/12/2023).

Meski kasus antraks sudah tergolong melandai, dia mengatakan pihaknya terus melakukan pemantauan dan tetap waspada.

"Waspada terus karena kasus antraks pernah terjadi. Yang patut diwaspadai yakni hewan ternak mati mendadak baik kambing maupun sapi. Pernah kena (Antraks) harus hati-hati dan waspada," kata dia.

Untuk wilayah Padukuhan Jati yang pernah ada kasus penyembelihan hewan ternak positif antraks dilakukan penyemenan atau betonisasi. Lokasi juga diguyur formalin untuk mencegah spora berpindah.

Spora berasal dari bakteri yang bercampur dengan darah dapat terkontaminasi dengan udara. Bakteri Bacillus anthracis bisa bertahan dalam spora hingga puluhan tahun.

Wibawanti mengatakan, untuk mencegah penularan dilakukan vaksinasi antraks. vaksinasi antraks dilakukan setiap 6 bulan sekali selama 10 tahun ke depan di sekitar lokasi kasus.

"Yang terpenting itu peternak kooperatif sehingga teman-teman di lapangan mudah dalam memberikan vaksin," kata dia.

Diakuinya, dalam penyuntikan vaksin antraks terjadi penolakan warga, meski tidak banyak. Warga takut hewan tidak nafsu makan dan sakit karena divaksinasi. 

Menurutnya sudah ada tiga sampai empat kasus kaki ternak patah saat divaksinasi.

"Untuk kekebalan lingkungan memang harus divaksin baik antraks maupun PMK (penyakit mulut dan kulit)," kata dia.

Pihaknya juga diberikan bantuan dari Kementrian Pertanian yang diserahkan langsung oleh Menteri saat itu Syahrul Yasin Limpo, pada Kamis (13/07/2023).

Saat itu diberikan bantuan vaksin Antraks dan pendukung lainnya senilai Rp 631.613.132,00. Vaksinnya mencapai 60.817 dosis.

Gunungkidul mendapatkan jatah sebanyak 11.017 dosis. Sementara DIY sebanyak 12.667 dosis. Sisanya sebanyak 37.133 dosis jadi cadangan di Balai Besar Veteriner Yogyakarta.

Edukasi soal Brandu

Wibawanti mengatakan, pihaknya juga terus melakukan sosialisasi terhadap tradisi brandu yang masih dianut oleh sebagian masyarakat. Salah satunya pernah terjadi di Padukuhan Jati, dan mengakibatkan puluhan warga menderita antraks.

Brandu merupakan tradisi membantu warga yang hewannya sakit atau mati mendadak. Mereka membayar kesepakatan atau seiklasnya dan ditukar daging ternak yang sakit atau mati medadak tersebut.

"Edukasi terus kita lakukan terkait brandu, kita hati-hati kalau matinya jelas mendadak tidak usah dikonsumsi," kata dia.

Sebelumnya, Kepala Bidang Kesehatan Hewan, DPKH Gunungkidul, Retno Widyastuti mengakui tradisi brandu menjadi kendala dalam penanganan antraks di Gunungkidul. Ternak yang sudah muncul bakteri antraks sebenarnya bisa diberikan obat, dan sembuh.

Berbeda jika mati, dan langsung disembelih bakteri akan mudah menjadi spora. Selain itu, jika langsung dikubur spora tidak akan menyebar. Spora ini bertahan sekitar 40 tahun hingga 80 tahun.

Kasus antraks di Gunungkidul

Kasus antraks terjadi di Padukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Kapanewon Semanu, Gunungkidul. Kematian ternak pertama terjadi pada 18 Mei 2023. Lalu berturut-turut hingga bulan Juni 2023.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan, DPKH Gunungkidul, Retno Widyastuti mengaku pihaknya  mendapatkan laporan pada 2 Juni 2023. Lalu melakukan penelusuran.

"Jadi saya enggak nemu bangkai, yang saya periksa yang saya uji kan ke laboratorium itu adalah tanah bekas sembelihan. Dagingnya sudah dimakan," kata Retno.

Berdasarkan hasil pemeriksaan menyeluruh, total ada 6 sapi dan 6 kambing dari Pedukuhan Jati yang positif Antraks.

DPKH Gunungkidul langsung melakukan lokalisasi alias pembatasan pergerakan ternak dari Jati. Langkah ini dilakukan sejak 2 Juni 2023, atau setelah laporan temuan kasus diterima.

"Jadi saat Idul Adha pun dipastikan tidak ada ternak keluar dari sana, karena sudah disetop," kata Wibawanti.

Pemerintah Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta, memastikan hanya satu warga yang positif antraks meninggal dunia. Sementara dua yang lainnya meninggal tidak diperiksa terkait antraks.

"Jumlah warga yang meninggal satu yang betul-betul kena antraks," kata Wakil Bupati Gunungkidul Heri Susanto ditemui di kantor Pemkab Gunungkidul Rabu (5/7/2023).

Dijelaskannya laporan pertama yang masuk mengenai matinya sapi pada 2 Juni 2023 lalu, dan dilakukan penelusuran oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, serta Dinas Kesehatan.

"Yang memastikan dari Dinas Kesehatan," kata Heri.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Gunungkidul, Sidig Hery Sukoco mengatakan dua orang yang meninggal hampir bersamaan dengan yang pertama.

Kedua orang yang meninggal dunia itu juga mengkonsumsi daging yang terkonfirmasi sakit antraks. Dua orang itu dirawat di rumah sakit di Gunungkidul.

Sidig mengatakan, meski keduanya mengkonsumsi daging juga tapi tidak ada konfirmasi diagnosis yang mengarah ke antraks karena tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium.

"Satu antraks hasil konfirmasi dari laboratorium (RSUP) Sardjito, yang dua tidak ada diperiksa laboratorium antraks," kata dia.

Dijelaskannya, hasil pemeriksaan dilakukan sebanyak 143 warga di Padukuhan Jati, Kalurahan Candirejo, Semanu, ada 87 orang yang positif.

"Untuk yang bergejala saat ini tidak ada, semua dalam pemantauan dan kondisinya sehat," kata Sidig.

Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawaty mengatakan, hasil tes ulang antraks di Dusun Jati terhadap 145 orang sudah keluar. Total ada 45 warga yang dinyatakan positif penyakit antraks.

Selain itu, tes antraks juga dilakukan di Dusun Semuluh Lor, Ngeposari, Semanu. Total ada 22 orang yang dites.

"Hasilnya, satu warga yang suspek dipastikan tertular penyakit antraks. Untuk 21 warga lainnya dinyatakan negarif," kata Dewi Selasa (25/7/2023).

Dewi menjelaskan, dengan hasil tes ini maka kasus antraks ditemukan di dua lokasi yang berbeda. Satu kasus berada di Dusun Jati yang penularannya terjadi lebih awal. Sementara kasus lainnya berada di Dusun Semuluh Lor.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2023/12/14/083643678/kasus-antraks-di-gunungkidul-tak-ada-laporan-kasus-baru-tapi-tetap

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke