Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

12 Tempat Bersejarah di Yogyakarta, dari Peninggalan Kerajaan Mataram Islam hingga Masa Kemerdekaan

Kompas.com, 30 Agustus 2023, 22:07 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

5. Situs Warungboto

Situs Warungboto adalah sebuah tempat bersejarah di Yogyakarta yang berasal dari abad ke-18.

Pada zaman dahulu, tempat ini dikenal sebagai Pesanggrahan Rejowinangun yang dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono II saat ia masih menjadi seorang pangeran dengan nama Pangeran Rejakusuma.

Gempa yang melanda Yogyakarta pada 26 Mei 2006 membuat Situs Warungboto mengalami kerusakan dan beberapa struktur bangunan runtuh.

Namun setelah dilakukan revitalisasi pada tahun 2015 hingga Desember 2016, tempat ini sudah mulai banyak dikunjungi wisatawan.

6. Makam Raja-raja Mataram Islam di Imogiri

Gapura Supit Urang secara simbolis merupakan gapura pertama untuk masuk ke Kompleks Makam Imogiri.kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta Gapura Supit Urang secara simbolis merupakan gapura pertama untuk masuk ke Kompleks Makam Imogiri.

Kompleks Makam Raja-raja Mataram di Imogiri berada di Gunung Merak yang terletak di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kompleks pemakaman khusus keluarga raja ini dahulu dibangun oleh Sultan Agung (1613 M-1646 M), raja dari Kerajaan Mataram Islam.

Setelah terjadi Perjanjian Giyanti yang membagi Kerajaan Mataram menjadi dua, baik Kesultanan Yogyakarta serta Kasunanan Surakarta masih memiliki hak serta kewajiban yang sama dalam melakukan pemeliharaan kompleks makam ini.

Masyarakat dapat mengunjungi Kompleks Makam Raja-raja Mataram di Imogiri dengan mengikuti aturan berkunjung dan arahan dari abdi dalem yang akan memandu.

7. Tugu Pal Putih atau Tugu Yogyakarta

Ilustrasi Tugu Pal Putih atau Tugu YogyakartaDok. BPCB DIY 2021 Ilustrasi Tugu Pal Putih atau Tugu Yogyakarta

Tugu Pal Putih yang lebih dikenal sebagai Tugu Yogyakarta dibangun pada masa Sri Sultan Hamengkubuwono VII (1877-1921).

Tugu Pal Putih ini menjadi pengganti Tugu Golong Gilig yang dibangun tahun 1756 dan roboh akibat gempa tektonik pada tahun 1867.

Nama Tugu Pal Putih berasal dari cat warna putih yang digunakan, serta fungsinya sebagai salah satu 'tetenger' atau penanda.

Sementara nama Tugu Golong Gilig yang merujuk bentuk awal tugu yang berupa silinder (golong) dengan puncak berupa bulatan (gilig) sebagai filosofi 'Manunggaling Kawula Gusti' atau bersatunya rakyat dengan rajanya.

Adapun bentuk Tugu Pal Putih ditengarai sebagai langkah Belanda untuk menghilangkan simbol kebersamaan raja dan rakyat pada desain tugu sebelumnya.

8. Benteng Vredeburg

Museum Benteng Vredeburg di Yogyakarta.kebudayaan.jogjakota.go.id Museum Benteng Vredeburg di Yogyakarta.

Benteng Vredeburg pertama kali dibangun pada tahun 1760 atas perintah dari Sri Sultan Hamengku Buwono I.

Pembangunan Benteng Vredeburg merupakan permintaan Gubernur Direktur Pantai Utara Jawa, Nicholaas Hartingdengan dalih untuk menjaga keamanan keraton.

Padahal sebenarnya ini salah satu strategi Belanda untuk memudahkan pengawasan terhadap segala kegiatan yang dilakukan pihak Keraton Yogyakarta.

Semula benteng ini diberi nama "Rustenburg" yang berarti benteng peristirahatan. Namun setelah gempa tektonik pada tahun 1867, bangunan ini direnovasi dan namanya diganti menjadi "Vredeburg" yang berarti benteng perdamaian.

9. Gedung Agung atau Istana Kepresidenan Yogyakarta

Suasana Istana Kepresiden Gedung Agung Yogyakarta, Rabu (28/6/2023). Upacara Peringatan HUT Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1946 dilakukan di tempat ini.Kompas.com/Wijaya Kusuma Suasana Istana Kepresiden Gedung Agung Yogyakarta, Rabu (28/6/2023). Upacara Peringatan HUT Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1946 dilakukan di tempat ini.

Gedung Agung atau Istana Kepresidenan Yogyakarta semula merupakan rumah kediaman resmi Anthonie Hendriks Smissaert, residen Belanda ke-18 yang bertugas di Yogyakarta (1823-1825).

Ia menggagas pembangunan Gedung Agung yang mulai didirikan pada bulan Mei 1824, dengan arsiteknya bernama A Payen.

Halaman:


Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau