Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

12 Tempat Bersejarah di Yogyakarta, dari Peninggalan Kerajaan Mataram Islam hingga Masa Kemerdekaan

Kompas.com - 30/08/2023, 22:07 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Yogyakarta yang dikenal sebagai Kota Pelajar menyimpan berbagai tempat dengan nilai yang bisa dikunjungi sebagai destinasi wisata edukasi.

Bahkan sederet tempat bersejarah di Yogyakarta sudah cukup populer di kalangan wisatawan, dan menjadi destinasi favorit ketika mereka berkunjung.

Baca juga: 10 Tempat Bersejarah di Yogyakarta untuk Merayakan HUT Kemerdekaan RI

Tempat bersejarah di Yogyakarta juga terbilang cukup lengkap, karena menyimpan jejak sejarah dari zaman kerajaan hingga masa perjuangan kemerdekaan.

Selain lengkap, lokasinya juga mudah dijangkau serta dirawat dengan baik hingga memiliki berbagai spot foto yang Instagramable.

Dirangkum Kompas.com dari berbagai sumber, berikut adalah sederet tempat bersejarah di Yogyakarta yang bisa Anda kunjungi.

Baca juga: 7 Tempat Bersejarah di Yogyakarta, Ada Tempat Lahirnya Megawati Soekarnoputri

1. Keraton Yogyakarta

Keraton Yogyakarta atau Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat adalah istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta.

Tempat tinggal Sri Sultan Hamengkubuwono beserta keluarga dan abdi dalemnya ini merupakan kawasan cagar budaya yang menyimpan sejarah berdirinya Yogyakarta.

Keraton Yogyakarta didirikan pada 1755 sebagai hasil dari Perjanjian Giyanti, yang dirancang sendiri oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I sekaligus pendiri Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Wisatawan dapat mengunjungi beberapa bagian Keraton Yogyakarta yang dibuka untuk umum, atau mengikuti berbagai kegiatan budaya dan kesenian yang dilangsungkan di area keraton.

Baca juga: 8 Tempat Bersejarah di Bandung untuk Merayakan HUT Kemerdekaan RI 

2. Masjid Gedhe Kauman

Ratusan warga mulai merayah isi gunungan syawal, sabtu (22/4/2023)KOMPAS.COM/WISANG SETO PANGARIBOWO Ratusan warga mulai merayah isi gunungan syawal, sabtu (22/4/2023)

Seiring dengan pembangunan Keraton Yogyakarta, Masjid Gedhe Kauman juga didirikan 18 tahun setelah terjadinya perjanjian Giyanti.

Lokasinya berada di depan Keraton Yogyakarta, tepatnya di sebelah barat tepat Alun-alun Utara.

Masjid Gedhe Kauman tak hanya digunakan sebagai tempat ibadah, namun juga menjadi lokasi berlangsungnya berbagai tradisi Keraton Yogyakarta yang dihelat pada peringatan hari besar Islam.

3. Situs Taman Sari

Taman Sari, salah satu tempat bersejarah di Yogyakarta. Shutterstock/Nuttaphong Kanchanachaya Taman Sari, salah satu tempat bersejarah di Yogyakarta.

Seperti Keraton Yogyakarta, Taman Sari juga menjadi tempat bersejarah di Yogyakarta yang dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono I.

Pembangunannya dilakukan bertahap selama 25 tahun, yaitu sejak Sultan
Hamengkubuwono I bertahta hingga Sultan Hamengkubuwono II menjadi raja.

Taman Sari yang sering juga disebut Water Castle atau Istana Air adalah taman kerajaan atau pesanggrahan yang digunakan oleh Sultan dan keluarganya.

Istana Air ini juga digunakan untuk tempat perlindungan Sultan dan keluarganya yang bisa menyelamatkan diri lewat jalan bawah tanah.

Pada saat Sultan dan keluarganya sudah berada dalam tempat yang aman, pintu air akan dibuka sehingga air akan menghalangi dan menenggelamkan musuh-musuh yang mengejar.

4. Makam Raja-raja Mataram Islam di Kotagede

Makam Raja-raja Mataram Islam di Kotagede menyimpan kisah Ki Ageng Mangir.pariwisata.jogjakota.go.id Makam Raja-raja Mataram Islam di Kotagede menyimpan kisah Ki Ageng Mangir.

Tak hanya dikenal sebagai sentra industri perhiasan perak, kawasan Kotagede juga memiliki beberapa tempat bersejarah.

Kotagede yang dulu pernah dikenal sebagai Alas Mentaok berkembang menjadi pusat Kerajaan Mataram Islam.

Jejak sejarah tersebut dapat ditemukan di kawasan makam raja-raja Mataram Islam yang dibangun oleh Panembahan Senopati.

Lokasinya berada di sebelah barat Masjid Gedhe Mataram Kotagede atau sekitar 100 meter dari Pasar Kotagede dan dikelilingi oleh tembok besar.

5. Situs Warungboto

Situs Warungboto, Jalan Veteran, Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Jumat (12/5/2017).KOMPAS.com/Teuku Muh Guci S Situs Warungboto, Jalan Veteran, Kelurahan Warungboto, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Jumat (12/5/2017).

Situs Warungboto adalah sebuah tempat bersejarah di Yogyakarta yang berasal dari abad ke-18.

Pada zaman dahulu, tempat ini dikenal sebagai Pesanggrahan Rejowinangun yang dibangun oleh Sultan Hamengkubuwono II saat ia masih menjadi seorang pangeran dengan nama Pangeran Rejakusuma.

Gempa yang melanda Yogyakarta pada 26 Mei 2006 membuat Situs Warungboto mengalami kerusakan dan beberapa struktur bangunan runtuh.

Namun setelah dilakukan revitalisasi pada tahun 2015 hingga Desember 2016, tempat ini sudah mulai banyak dikunjungi wisatawan.

6. Makam Raja-raja Mataram Islam di Imogiri

Gapura Supit Urang secara simbolis merupakan gapura pertama untuk masuk ke Kompleks Makam Imogiri.kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta Gapura Supit Urang secara simbolis merupakan gapura pertama untuk masuk ke Kompleks Makam Imogiri.

Kompleks Makam Raja-raja Mataram di Imogiri berada di Gunung Merak yang terletak di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Kompleks pemakaman khusus keluarga raja ini dahulu dibangun oleh Sultan Agung (1613 M-1646 M), raja dari Kerajaan Mataram Islam.

Setelah terjadi Perjanjian Giyanti yang membagi Kerajaan Mataram menjadi dua, baik Kesultanan Yogyakarta serta Kasunanan Surakarta masih memiliki hak serta kewajiban yang sama dalam melakukan pemeliharaan kompleks makam ini.

Masyarakat dapat mengunjungi Kompleks Makam Raja-raja Mataram di Imogiri dengan mengikuti aturan berkunjung dan arahan dari abdi dalem yang akan memandu.

7. Tugu Pal Putih atau Tugu Yogyakarta

Ilustrasi Tugu Pal Putih atau Tugu YogyakartaDok. BPCB DIY 2021 Ilustrasi Tugu Pal Putih atau Tugu Yogyakarta

Tugu Pal Putih yang lebih dikenal sebagai Tugu Yogyakarta dibangun pada masa Sri Sultan Hamengkubuwono VII (1877-1921).

Tugu Pal Putih ini menjadi pengganti Tugu Golong Gilig yang dibangun tahun 1756 dan roboh akibat gempa tektonik pada tahun 1867.

Nama Tugu Pal Putih berasal dari cat warna putih yang digunakan, serta fungsinya sebagai salah satu 'tetenger' atau penanda.

Sementara nama Tugu Golong Gilig yang merujuk bentuk awal tugu yang berupa silinder (golong) dengan puncak berupa bulatan (gilig) sebagai filosofi 'Manunggaling Kawula Gusti' atau bersatunya rakyat dengan rajanya.

Adapun bentuk Tugu Pal Putih ditengarai sebagai langkah Belanda untuk menghilangkan simbol kebersamaan raja dan rakyat pada desain tugu sebelumnya.

8. Benteng Vredeburg

Museum Benteng Vredeburg di Yogyakarta.kebudayaan.jogjakota.go.id Museum Benteng Vredeburg di Yogyakarta.

Benteng Vredeburg pertama kali dibangun pada tahun 1760 atas perintah dari Sri Sultan Hamengku Buwono I.

Pembangunan Benteng Vredeburg merupakan permintaan Gubernur Direktur Pantai Utara Jawa, Nicholaas Hartingdengan dalih untuk menjaga keamanan keraton.

Padahal sebenarnya ini salah satu strategi Belanda untuk memudahkan pengawasan terhadap segala kegiatan yang dilakukan pihak Keraton Yogyakarta.

Semula benteng ini diberi nama "Rustenburg" yang berarti benteng peristirahatan. Namun setelah gempa tektonik pada tahun 1867, bangunan ini direnovasi dan namanya diganti menjadi "Vredeburg" yang berarti benteng perdamaian.

9. Gedung Agung atau Istana Kepresidenan Yogyakarta

Suasana Istana Kepresiden Gedung Agung Yogyakarta, Rabu (28/6/2023). Upacara Peringatan HUT Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1946 dilakukan di tempat ini.Kompas.com/Wijaya Kusuma Suasana Istana Kepresiden Gedung Agung Yogyakarta, Rabu (28/6/2023). Upacara Peringatan HUT Kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1946 dilakukan di tempat ini.

Gedung Agung atau Istana Kepresidenan Yogyakarta semula merupakan rumah kediaman resmi Anthonie Hendriks Smissaert, residen Belanda ke-18 yang bertugas di Yogyakarta (1823-1825).

Ia menggagas pembangunan Gedung Agung yang mulai didirikan pada bulan Mei 1824, dengan arsiteknya bernama A Payen.

Pembangunan ini dilatarbelakangi perintah Gubernur Jenderal Hindia Belanda untuk membangun gedung dengan gaya bangunan mengikuti arsitektur Eropa yang disesuaikan pada iklim tropis.

Beberapa gubernur Belanda yang ernah mendiami gedung ini adalah J.E. Jasper (1926-1927), P.R.W. van Gesseler Verschuur (1929-1932), H.M.de Kock (1932-1935), J. Bijlevel (1935-940), serta L. Adam (1940-1942).

Kemudian pada masa pendudukan Jepang, gedung ini menjadi kediaman resmi penguasa Jepang di Yogyakarta, Koochi Zimmukyoku Tyookan.

Gadung ini mulai menjadi Istana Kepresidenan saat pemerintahan Republik Indonesia berhijrah dari Jakarta ke Yogyakarta pada 1946. Tak hanya pemimpin negara, tamu negara yang datang berkunjung juga pernah bermalam di Istana Kepresidenan Yogyakarta.

10. ‘Lubang Buaya’ Yogyakarta

Monumen Pahlawan Pancasila Yogyakarta.budaya.jogjaprov.go.id Monumen Pahlawan Pancasila Yogyakarta.

Monumen Pahlawan Pancasila yang dikenal sebagai ‘Lubang Buaya’ Yogyakarta adalah lokasi gugurnya dua pahlawan revolusi korban G30S.

Kedua pahlawan revolusi dari Yogyakarta tersebut adalah Brigadir Jenderal TNI Anumerta Katamso Darmokusumo (Brigjen Katamso) dan Kolonel Inf. (Anumerta) R. Sugiyono Mangunwiyoto (Kolonel Sugiyono).

Keduanya merupakan merupakan petinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) dari Korem 072/Pamungkas.

Lubang tempat jasad Brigjen Katamso dan Kolonel Sugiyono ditemukan kemudian disebut sebagai ‘Lubang Buaya’ Yogyakarta dan dibangun Monumen Pahlawan Pancasila.

11. Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949

Monumen Serangan Umum 1 Maret di pelataran Benteng Vredeburg Yogyakarta.
sibakuljogja.jogjaprov.go.id Monumen Serangan Umum 1 Maret di pelataran Benteng Vredeburg Yogyakarta.

Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949 merupakan bangunan yang masih berada di sekitar Museum area Benteng Vredeburg, dan terletak di seberang Istana Kepresidenan Yogyakarta.

Monumen ini dibangun untuk mengenang perjuangan rakyat Yogyakarta pada peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949.

Serangan tersebut dilakukan rakyat sebagai perlawanan atas Agresi Militer Belanda ke-II yang menjadikan Yogyakarta sebagai sasaran utamanya.

keberhasilan serangan yang meski hanya mampu menguasai Yogyakarta selama enam jam saat itu membuktikan bahwa eksistensi tentara Indonesia masih ada.

Dampaknya juga sangat besar bagi pihak Indonesia karena memperkuat posisi tawar Indonesia dalam perundingan saat bersidang di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

12. Monumen Yogya Kembali

Museum Monumen Yogya Kembali.SHUTTERSTOCK/AKHMAD DODY FIRMANSYAH Museum Monumen Yogya Kembali.

Monumen Yogya Kembali (Monjali) adalah bangunan untuk memperingati peristiwa berfungsinya kembali Kota Yogyakarta sebagai Ibu Kota Republik Indonesia yang direbut dari penjajah Belanda pada tanggal 29 Juni 1949.

Monumen Yogya Kembali diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 6 Juli 1989.

Ide atau gagasan untuk mendirikan museum ini adalah Bapak Kolonel Soegiarto.

Bangunan ini berisi museum yang memuat berbagai koleksi seperti patung peraga, arsip, daftar nama pahlawan, relief, diorama, dan lain-lain.

Sumber:
kebudayaan.jogjakota.go.id  
pariwisata.jogjakota.go.id 
gramedia.com  
budaya.jogjaprov.go.id  
budaya.jogjaprov.go.id  
warungbotokel.jogjakota.go.id  
tataruang.jogjakota.go.id  
vredeburg.id  
emdikbud.go.id  
yogyakarta.kompas.com 
monjali-jogja.com

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BPBD Kota Yogyakarta Minta Masyarakat Bangun Rumah Tahan Gempa

BPBD Kota Yogyakarta Minta Masyarakat Bangun Rumah Tahan Gempa

Yogyakarta
Sopir Ngantuk Berat, Mobil Muatan Beras Terjun ke Sungai Kulon Progo

Sopir Ngantuk Berat, Mobil Muatan Beras Terjun ke Sungai Kulon Progo

Yogyakarta
Perahu Dihantam Ombak, Nelayan di Gunungkidul Terombang-ambing di Lautan

Perahu Dihantam Ombak, Nelayan di Gunungkidul Terombang-ambing di Lautan

Yogyakarta
Libur Panjang, Persewaan iPhone di Gunungkidul Laris Diburu Anak Muda

Libur Panjang, Persewaan iPhone di Gunungkidul Laris Diburu Anak Muda

Yogyakarta
Sampah Diduga dari Luar Gunungkidul Dibuang Sembarangan di Tengah Hutan

Sampah Diduga dari Luar Gunungkidul Dibuang Sembarangan di Tengah Hutan

Yogyakarta
Wakil Bupati dan Eks Sekda Sleman Berebut Tiket Pilkada dari PDI-P

Wakil Bupati dan Eks Sekda Sleman Berebut Tiket Pilkada dari PDI-P

Yogyakarta
5 Nama Daftar Bakal Calon Wali Kota Yogyakarta Melalui PDI-P, Siapa Saja?

5 Nama Daftar Bakal Calon Wali Kota Yogyakarta Melalui PDI-P, Siapa Saja?

Yogyakarta
Pelaku Penembak Anak SD di Sleman dengan Senapan Angin Ditangkap, Alasannya Emosi

Pelaku Penembak Anak SD di Sleman dengan Senapan Angin Ditangkap, Alasannya Emosi

Yogyakarta
Lagi, Lahan Bekas Tambang di Gunungkidul Jadi Lokasi Pembuangan Sampah Ilegal

Lagi, Lahan Bekas Tambang di Gunungkidul Jadi Lokasi Pembuangan Sampah Ilegal

Yogyakarta
Desentralisasi Sampah di DIY, TPST 3R Kota Yogyakarta Dinilai Belum Siap

Desentralisasi Sampah di DIY, TPST 3R Kota Yogyakarta Dinilai Belum Siap

Yogyakarta
Pelaku Pelecehan Payudara di Gunungkidul Ditangkap, Motifnya Dendam kepada Perempuan

Pelaku Pelecehan Payudara di Gunungkidul Ditangkap, Motifnya Dendam kepada Perempuan

Yogyakarta
ASN Tersangka Kasus Pelecehan Seksual di Gunungkidul Diberhentikan Sementara

ASN Tersangka Kasus Pelecehan Seksual di Gunungkidul Diberhentikan Sementara

Yogyakarta
Kementerian Baru Dikhawatirkan untuk Bagi-bagi Jabatan, Ini Kata Mahfud MD

Kementerian Baru Dikhawatirkan untuk Bagi-bagi Jabatan, Ini Kata Mahfud MD

Yogyakarta
Prabowo Menang, Warga Sleman Yogyakarta Jalan Kaki ke Monas untuk Sujud Syukur

Prabowo Menang, Warga Sleman Yogyakarta Jalan Kaki ke Monas untuk Sujud Syukur

Yogyakarta
Bocah di Sleman Tertembak Senapan Angin, Polisi Kejar Pelaku

Bocah di Sleman Tertembak Senapan Angin, Polisi Kejar Pelaku

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com