Tahun-tahun berikutnya, anggota dan cabang Aisyiyah terus bertambah. Begitu pula lembaga-lembaga pendidikan yang turut didirikan.
Baca juga: Sejarah Purworejo, Daerah Penghasil Batuan Andesit yang Banyak Lahirkan Pahlawan Nasional
Pada tanggal 23 Februari 1923, KH Ahmad Dahlan meninggal dunia akibat penyakit yang dideritanya.
Namun kehilangan sang suami tidak membuat Nyai Ahmad Dahlan patas semangat. Sebaliknya, Nyai Ahmad Dahlan justru semakin gigih dalam berjuang.
Pada tahun 1926, Nyai Ahmad Dahlan memimpin Kongres Muhammadiyah ke-15 di Surabaya.
Hal itu menjadikan Nyai Ahmad Dahlan sebagai wanita pertama yang memimpin konferensi besar dan diliput oleh banyak media massa pada saat itu.
Tampilnya Nyai Ahmad Dahlan rupanya membuat banyak perempuan terpengaruh dan tergerak untuk bergabung dengan Aisyiyah.
Nyai Ahmad Dahlan memimpin Aisyiyah hinggaa tahun 1934. Pada masa pendudukan Jepang, Nyai Ahmad Dahlan dilarang untuk berkegiatan di Jawa dan madura.
Nyai Ahmad Dahlan atau Siti Walidah meninggal dunia pada 31 Maret 1946. Sebelum meninggal, Nyai Ahmad Dahlan sempat berwasiat menitipkan Aisyiyah kepada generasi penerus.
Wasiat itu sama seperti yang pernah disampaikan suaminya saat sebelum meninggal, yaitu menitipkan Muhammadiyah kepada generasi penerus.
Untuk mengenang jasa-jasanya, Nyai Ahmad Dahlan ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 22 September 1971.
Sumber:
Kompas.com
Aisyiyah.or.id