Setiap pukul 03.00 WIB, keduanya mulai membuat jamu tradisional dan dikemas dengan botol kecil yang dijual di penjual atau pemesan dijual Rp 6.000. Selain itu, keduanya juga membuat minuman dari buah yang dipanen dari sekitar rumahnya.
"Juga membuat jus buah dari panenan sekitar ada jambu, nanas. Tetapi kalau musim," kata Dwijo salah satu anak Parjiyem.
Potensi yang lain, pengolahan sampah yang dilakukan oleh kompak atau komunitas pengelolaan sampah Kalimundu. Sampah-sampah yang sulit terurai seperti bungkus detergen hingga bungkus kopi diubah menjadi gaun yang indah.
Dukuh Kalimundu, Srihadi Joko Padmono mengatakan, pengolahan sampah mandiri sebenarnya sudah dilakukan sejak tahun 2017 lalu.
Namun seiring pasang surutnya pengelolaan melalui sedekah sampah, akhirnya berdiri bank sampah dan kompak dua tahun lalu. 90 persen sampah warga Kalimundu diolah di bank sampah ini.
Bungkus detergen, kopi, dan sejenisnya diubah menjadi barang bernilai seperti gaun. Desain gaun dan karya dari internet dan dikembangkan ulang oleh ibu-ibu.
Baca juga: Bey Minta Hunian Baru di Jabar Miliki Sistem Pengolahan Sampah Mandiri
"Alhamdulilah karya kita banyak yang dapat juara," kata Srihadi.
"Setiap bulan kita kumpulkan sampai tiga kali, kalau tidak bisa diolah atau reduksi kita ke pengepul, kalau kita pakai," ucap dia.
Srihadi mengatakan, punya formula unik untuk mengajak masyarakat mengumpulkan sampah. Dirinya mengajak untuk pentas hasil karya, seperti karnaval.
Dengan iming-iming hasil karyanya ditampilkan, ibu-ibu semangat mengumpulkan dan mengolah sampah.
"Dari situ (diajak show) animonya luar biasa," ucap dia.
Hasil karya kompak sudah pernah dipakai Bupati Bantul hingga dibawa keluar pulau. Srihadi antusias menunjukkan video hasil karyanya saat pentas di Propinsi DIY beberapa waktu lalu.
"Sampai Kalimantan juga lho," kata dia.
Kalurahan Gadingharjo di sebelah selatan memiliki lahan pertanian pasir. Bekas gumuk ini, kini disulap menjadi lahan produktif oleh masyarakat Bantul sisi selatan di Padukuhan Karanganyar.
Padi hingga palawija membuat kawasan pasir ini menjadi hijau di sepanjang mata memandang. Terlihat caping yang melekat di kepala para petani bergerak di sela tumbuhan menahan rintik hujan membasahi wajah mereka pada Senin sore.