YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Penutupan TPA Regional Piyungan, di Kalurahan Sitimulyo, Kapanewon Piyungan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, berdampak pada menurunnya pendapatan para pemulung sampah.
Untuk diketahui TPA Regional Piyungan ditutup sejak tanggal 23 Juli hingga 5 September 2023.
Ketua Paguyuban Pemulung Mardiko TPA Piyungan, Maryono merasa prihatin karena mengalami penurunan penghasilan. Namun di sisi lain, dia mengakui terjadi kelebihan kapasitas atau overload. Bahkan antrean kendaraan bisa mencapai 1 km selama sebulan terakhir.
"Mohon setelah semuanya ready lagi dikelola dengan baik, dan kejadian seperti ini tidak terulang kembali. Penurunannya (penghasilan) bisa 30 persen," kata Maryono ditemui di sekitar TPA Regional Selasa (25/7/2023).
Baca juga: Imbas Penutupan TPA Piyungan, Kota Yogyakarta Darurat Sampah, Bau Tak Sedap Mulai Mengganggu Warga
Dia mengatakan saat ini jumlah pemulung yang mengais sampah di TPA Regional Piyungan juga berkurang drastis. Dari sekitar 400-an orang, saat ini yang bekerja setiap hari sebanyak 250-an pemulung.
Dari jumlah tesebut, 40 persen pemuluh berasal dari daerah sekitar TPA Piyungan. Sementara sisanya dari luar daerah seperti Bangka Belitung, Flores, Purwodadi, Magelang, Boyolali, hingga Jawa Barat.
Maryono mengaku selalu mendata secara detail pemulung yang masuk ke TPA Piyungan. Hal ini agar tidak terjadi masalah di kemudian hari. Para pemulung wajib menyerahkan fotocopy KTP, KK, hingga Kartu Nikah.
Saat ini sebagian dari mereka mencari sisa barang yang bisa dipungut di timbunan sampah yang ada.
"Saat ini memungut sisa rongsok yang tertimbun," tuturnya.
Dia mengatakan sejumlah pemulung mengeluh dengan turunya pendapatan tersebut.
"Turun drastis. Ada yang mengeluh kepada saya, 'Pak saya punya angsuran bagaimana?' Sementara enggak usah mengangsur dulu, pihak bank atau apapun percaya ada penutupan TPS Piyungan," kata dia.
Dia mengatakan harga sampah botol air mineral merupakan yang termahal yakni Rp 2.000 sampai Rp 2.500 per kg.
"Paling mahal botol air mineral," kata dia.
Baca juga: TPA Piyungan Tutup Sementara, Tanah Kas Desa di Cangkringan Tampung Sampah Sleman dan Yogya
Tak hanya pemulung, sapi yang berada di TPA Piyungan juga berkurang drastis. Saat ini tersisa 400an sampi yang dibiarkan berkeliaran mencari makan di sekitar TPA Piyungan.
"Ini yang memelihara sapi warga sekitar TPA, dulunya 1500 an ekor dan sekarang tinggal 400 ekor," kata dia.
Seorang pemulung asal Pleret Bantul, Sarni juga mengakui adanya penuruanan penghasilan yang cukup besar setelah penutupan TPA Piyungan. Biasanya ratusan truk pengangkut sampah masuk ke TPA Piyungan. Namun, sejak tanggal 23 Juli kemarin sudah tidak ada.
"Biasanya dapat Rp 40.000, sekarang Rp 10.000 (per hari). Ya mau bagaiamana lagi. Sekarang mengambil sisa yang dulu," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.