Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

TPA Piyungan Ditutup, Penghasilan Para Pemulung Turun Drastis

Kompas.com, 25 Juli 2023, 15:42 WIB
Markus Yuwono,
Dita Angga Rusiana

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Penutupan TPA Regional Piyungan, di Kalurahan Sitimulyo, Kapanewon Piyungan, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, berdampak pada menurunnya pendapatan para pemulung sampah.

Untuk diketahui TPA Regional Piyungan ditutup sejak tanggal 23 Juli hingga 5 September 2023.

Ketua Paguyuban Pemulung Mardiko TPA Piyungan, Maryono merasa prihatin karena mengalami penurunan penghasilan. Namun di sisi lain, dia mengakui terjadi kelebihan kapasitas atau overload. Bahkan antrean kendaraan bisa mencapai 1 km selama sebulan terakhir.

"Mohon setelah semuanya ready lagi dikelola dengan baik, dan kejadian seperti ini tidak terulang kembali. Penurunannya (penghasilan) bisa 30 persen," kata Maryono ditemui di sekitar TPA Regional Selasa (25/7/2023).

Baca juga: Imbas Penutupan TPA Piyungan, Kota Yogyakarta Darurat Sampah, Bau Tak Sedap Mulai Mengganggu Warga

Dia mengatakan saat ini jumlah pemulung yang mengais sampah di TPA Regional Piyungan juga berkurang drastis. Dari sekitar 400-an orang, saat ini yang bekerja setiap hari sebanyak 250-an pemulung.

Dari jumlah tesebut, 40 persen pemuluh berasal dari daerah sekitar TPA Piyungan. Sementara sisanya dari luar daerah seperti Bangka Belitung, Flores, Purwodadi, Magelang, Boyolali, hingga Jawa Barat.

Maryono mengaku selalu mendata secara detail pemulung yang masuk ke TPA Piyungan. Hal ini agar tidak terjadi masalah di kemudian hari. Para pemulung wajib menyerahkan fotocopy KTP, KK, hingga Kartu Nikah.

Saat ini sebagian dari mereka mencari sisa barang yang bisa dipungut di timbunan sampah yang ada. 

"Saat ini memungut sisa rongsok yang tertimbun," tuturnya. 

Dia mengatakan sejumlah pemulung mengeluh dengan turunya pendapatan tersebut.

"Turun drastis. Ada yang mengeluh kepada saya, 'Pak saya punya angsuran bagaimana?' Sementara enggak usah mengangsur dulu, pihak bank atau apapun percaya ada penutupan TPS Piyungan," kata dia.

Dia mengatakan harga sampah botol air mineral merupakan yang termahal yakni Rp 2.000 sampai Rp 2.500 per kg.

"Paling mahal botol air mineral," kata dia.

Baca juga: TPA Piyungan Tutup Sementara, Tanah Kas Desa di Cangkringan Tampung Sampah Sleman dan Yogya

Tak hanya pemulung, sapi yang berada di TPA Piyungan juga berkurang drastis. Saat ini tersisa 400an sampi yang dibiarkan berkeliaran mencari makan di sekitar TPA Piyungan. 

"Ini yang memelihara sapi warga sekitar TPA, dulunya 1500 an ekor dan sekarang tinggal 400 ekor," kata dia.

Seorang pemulung asal Pleret Bantul, Sarni juga mengakui adanya penuruanan penghasilan yang cukup besar setelah penutupan TPA Piyungan. Biasanya ratusan truk pengangkut sampah masuk ke TPA Piyungan. Namun, sejak tanggal 23 Juli kemarin sudah tidak ada.

"Biasanya dapat Rp 40.000, sekarang Rp 10.000 (per hari). Ya mau bagaiamana lagi. Sekarang mengambil sisa yang dulu," kata dia.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau