Sebelum Keraton tersebut selesai dibangun, Sultan Hamengku Buwono I menempati pasanggrahan Ambarketawang di daerah Gamping.
Setahun kemudian, Sri Sultan Hamengkubuwono I melakukan 'boyongan' atau berpindah dari pasanggrahan Ambarketawang ke Keraton yang telah selesai dibangun.
Hal itu juga menandai berdirinya Kota Yogyakarta atau Negari Ngayogyakarta Hadiningrat yang diresmikan pada tanggal 7 Oktober 1756.
Menurut penanggalan Jawa, peristiwa ini ditandai dengan sengkalan memet, yakni Dwi Naga Rasa Tunggal dan Dwi Naga Rasa Wani.
Sejak saat itu, hari jadi Kota Yogyakarta selalu diperingati dan dirayakan setiap tanggal 7 Oktober.
Pada masa perjuangan merebut kemerdekaan, Kota Yogyakarta juga menjadi salah satu tempat penting yang menjadi saksi sejarah perjuangan bangsa.
Bahkan ibu kota Indonesia pernah dipindahkan secara diam-diam dari Jakarta ke Yogyakarta pada 4 Januari 1946 hingga tahun 1948.
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 1945, Yogyakarta resmi menjadi bagian dari NKRI.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII kemudian diangkat menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Provinsi DIY dari Presiden RI.
Pada awalnya, pelaksanaan pemerintahan di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta akan dilakukan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII bersama-sama Badan Pekerja Komite Nasional.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.