Wayang-wayangan merupakan upaya kelompok pegiat sampah di Sendangsari.
Selama ini warga hanya memanfaatkan barang bekas atau sampah sebatas membuat kerajinan dari plastik, seperti tas atau ekobrik yang nantinya bisa jadi meja hingga tempat duduk.
Pada salah satu pedukuhan sudah mulai mengurangi pemanfaatan tas kresek atau tas plastik. Bahkan Dhuawar sudah mempelopori sampah tas kresek jadi bahan baku campuran aspal.
Baca juga: Mobil Pelat L Ditabrak Motor di Bukit Menoreh Yogyakarta, Pengemudi Motor Tewas
Kali ini, mereka tertantang dengan sampah sandal jepit. Diperlukan kreativitas untuk mencari solusi bagi barang tidak bernilai.
“Secara khusus sandal bekas untuk kerajinan memang belum ada, namun dengan adanya Semar ini dari sandal mungkin bisa terinspirasi yang lain agar lebih berdaya guna,” kata Febriyanti.
Semar dari sandal merupakan salah satu arak-arakan dalam HUT Sendangsari. Peringatan hari jadi desa tahun ini begitu meriah.
Ada pasukan bregodo, drumband, hingga tiap dusun membawa gunungan sayur mayur dan buah sebagai hasil bumi.
Hampir semua pedukuhan menampilkan kesenian khas, di antaranya seperti incling atau jaranan.
Mereka mengawali dengan arak-arakan dari pasar hewan, lewat Balai Desa Sendangsari dan berkumpul di lapangan Sendangsari. Kira-kira sejauh 1,5 kilometer.
Di lapangan, mereka menggelar wilujengan atau menaikkan ungkapan syukur atas kehidupan desa yang melimpah rezeki, keselamatan, ketentraman hingga keselarasan hidup.
Ribuan orang tumpah ruah di lapangan dan jalanan desa untuk menonton. Kemeriahan seperti ini sempat hilang di dua tahun pandemi Covid-19.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.