Sukirman mengingat lagi perjuangan warga membuat replika itu. Pembuatan melibatkan tujuh warga dan Bank Sampah Induk Dhuawar Sejahtera di Pedukuhan Kroco.
Bank sampah ini mengkoordinir pencarian sandal lewat belasan bank sampah binaan maupun asosiasi bank sampah Kulon Progo.
Direktur Bank Sampah Dhuawar, Febriyanti menceritakan, para pegiat bank sampah awalnya punya keinginan ikut memeriahkan hari ulang tahun desa.
Mereka kemudian berniat membuat sesuatu dari sampah tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak digunakan lagi.
Sandal dinilai sebagai salah satu barang bekas yang belum bisa diolah.
Biasanya, warga membuang sandal bekas, mengubur atau dibakar di pekarangan. Sandal jepit kemudian dipilih untuk jadi bahan pembuatan replikasi Semar.
Bank sampah digerakkan mencari dan mengumpulkan sandal jepit bekas. “Sandal bekas saat ini belum laku dijual,” kata Febriyanti.
Awalnya, bank sampah baru mendapatkan 200 pasang sandal dari para pegiat bank sampah sekecamatan.
Baca juga: Banjir dan Longsor di Bukit Menoreh, Diduga karena Saluran Air Tertutup Tanah
Febriyanti lantas meminta bantuan dari bank sampah di luar Sendangsari untuk menyuplai sampah sandal.
“Lewat grup WA kami membutuhkan donasi sandal jepit bekas, maka yang punya bisa setor ke bank sampah induk,” kata Febriyanti.
Wayang-wayangan itu akhirnya bisa selesai dikerjakan tujuh orang. Wayang-wayangan lengkap dengan tangan yang bisa digerakkan.
Perlu delapan orang berbadan besar untuk menggotong replika yang bobotnya ratusan kilo.
"Semula dicoba empat orang tidak kuat, enam orang tidak kuat, hingga akhirnya delapan orang baru bisa," kata Sukirman.