Salin Artikel

Arak-arakan Semar Raksasa Sendal dalam Merti Desa, Tebar Semangat Manfaatkan Barang Bekas

Bukan wayang yang jamak ditemui, seperti dari kulit sapi biasanya dan penampilan orang tua karismatik.

Semar kali ini replika yang terbangun dari sedikitnya 300 pasang sandal jepit bekas, kerangka bambu dan alas dari kayu. Tingginya tiga meter, lebar 2,5 meter.

Bobot wayang-wayangan itu lebih dari 200 kilogram.

“Replika ini memang tidak bisa wajah sempurna tapi terlihat bentuk Semar,” kata Sukirman, salah satu warga yang ikut membuat replika Semar ini, Sabtu (24/9/2022).

Ribuan warga tumpah ruah di jalan menonton kirab atau arak-arakan sebagai bagian dari kemeriahan memperingati HUT desa.

Semar raksasa memimpin arakan. Mayoritas terbangun dari sandal warna gelap, terutama badan hingga tangan, terdapat ikat pinggang warna warni dan seperti memakai jarit dari sandal putih.

Muka Semar putih dengan bagian mata dan alis diambil dari bagian sandal. Bibirnya dari sandal merah.

“Bibir itu memang aslinya (merah). Kebetulan dapat sandal merah di detik terakhir membuat replika ini,” kata Sukirman yang seorang dalang dari Sendangsari.

Bank sampah ini mengkoordinir pencarian sandal lewat belasan bank sampah binaan maupun asosiasi bank sampah Kulon Progo.

Direktur Bank Sampah Dhuawar, Febriyanti menceritakan, para pegiat bank sampah awalnya punya keinginan ikut memeriahkan hari ulang tahun desa.

Mereka kemudian berniat membuat sesuatu dari sampah tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak digunakan lagi.

Sandal dinilai sebagai salah satu barang bekas yang belum bisa diolah.

Biasanya, warga membuang sandal bekas, mengubur atau dibakar di pekarangan. Sandal jepit kemudian dipilih untuk jadi bahan pembuatan replikasi Semar.

Bank sampah digerakkan mencari dan mengumpulkan sandal jepit bekas. “Sandal bekas saat ini belum laku dijual,” kata Febriyanti.

Awalnya, bank sampah baru mendapatkan 200 pasang sandal dari para pegiat bank sampah sekecamatan.

Febriyanti lantas meminta bantuan dari bank sampah di luar Sendangsari untuk menyuplai sampah sandal.

“Lewat grup WA kami membutuhkan donasi sandal jepit bekas, maka yang punya bisa setor ke bank sampah induk,” kata Febriyanti.

Wayang-wayangan itu akhirnya bisa selesai dikerjakan tujuh orang. Wayang-wayangan lengkap dengan tangan yang bisa digerakkan.

Perlu delapan orang berbadan besar untuk menggotong replika yang bobotnya ratusan kilo.

"Semula dicoba empat orang tidak kuat, enam orang tidak kuat, hingga akhirnya delapan orang baru bisa," kata Sukirman.

Selama ini warga hanya memanfaatkan barang bekas atau sampah sebatas membuat kerajinan dari plastik, seperti tas atau ekobrik yang nantinya bisa jadi meja hingga tempat duduk.

Pada salah satu pedukuhan sudah mulai mengurangi pemanfaatan tas kresek atau tas plastik. Bahkan Dhuawar sudah mempelopori sampah tas kresek jadi bahan baku campuran aspal.

Kali ini, mereka tertantang dengan sampah sandal jepit. Diperlukan kreativitas untuk mencari solusi bagi barang tidak bernilai.

“Secara khusus sandal bekas untuk kerajinan memang belum ada, namun dengan adanya Semar ini dari sandal mungkin bisa terinspirasi yang lain agar lebih berdaya guna,” kata Febriyanti.

Semar dari sandal merupakan salah satu arak-arakan dalam HUT Sendangsari. Peringatan hari jadi desa tahun ini begitu meriah.

Ada pasukan bregodo, drumband, hingga tiap dusun membawa gunungan sayur mayur dan buah sebagai hasil bumi.

Hampir semua pedukuhan menampilkan kesenian khas, di antaranya seperti incling atau jaranan.

Mereka mengawali dengan arak-arakan dari pasar hewan, lewat Balai Desa Sendangsari dan berkumpul di lapangan Sendangsari. Kira-kira sejauh 1,5 kilometer.

Di lapangan, mereka menggelar wilujengan atau menaikkan ungkapan syukur atas kehidupan desa yang melimpah rezeki, keselamatan, ketentraman hingga keselarasan hidup.

Ribuan orang tumpah ruah di lapangan dan jalanan desa untuk menonton. Kemeriahan seperti ini sempat hilang di dua tahun pandemi Covid-19.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/09/24/224933778/arak-arakan-semar-raksasa-sendal-dalam-merti-desa-tebar-semangat

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com