"Untuk itulah nilai-nilai utama yang menjadi fondasi toleransi tersebut diharapkan dapat tumbuh dari agama-agama melalui ajaran dan praktik peribadatanya," ucap dia.
Gubernur DIY Sri Sultan HB X dalam sambutanya mengungkapkan paduan suara tak hanya sekadar tentang indah merdunya suara.
Lebih dari itu, diperlukan keselarasan dan kesadaran untuk saling mengisi demi mencapai performa terbaiknya.
"Apabila dimaknai secara filsafati, paduan suara selaras dengan ajaran moral khas Yogya, yaitu sawiji greget, sengguh, ora mingkuh," ucap dia.
Baca juga: 5 Fakta Plengkung Gading dan Alasan Mengapa Sultan Yogyakarta Dilarang Melintas
Sri Sultan menuturkan, kearifan lokal tersebut lahir dari buah pikiran Sri Sultan Hamengku Buwono I, yang juga peletak dasar Kasultanan Ngayogyakarta.
Sri Sultan mengatakan, sawiji dapat dimaknai sebagai konsentrasi atau penjiwaan total tanpa menjadi tak sadarkan diri, greget semangat atau dinamika batin tanpa menjadi kasar, sengguh penuh percaya diri namun tetap low profile, tanpa menjadi sombong.
Sedangkan ora mingkuh pantang mundur dengan tetap menjaga disiplin diri dan tanggung jawab.
Dapat dikatakan bahwa falsafah tersebut mewakili totalitas sikap manusia dalam hidupnya, baik dalam hubungan dengan sesamanya maupun dengan Tuhan Yang Maha Kuasa.
Diharapkan, kehadiran para peserta akan memancarkan energi positif, dalam bingkai sportivitas dan saling mengapresiasi dalam membangun peradaban bangsa dan negara dengan indahnya warna-warni toleransi.
"Dengan harapan, agar para peserta bisa lebih mengenal nilai budaya dan kearifan lokal Yogyakarta. Semogalah pula, para peserta masih sempat menghirup suasana Yogyakarta dengan serba kesahajaannya, di tengah-tengah senyum ramah masyarakat, khasanah wisata, dan budaya yang melingkupinya," pungkas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.