Suami Siti Atiqoh Supriyanti ini menuturkan, dirinya mulai menyenangi hobi menggowes sejak tak sengaja bertemu seorang kawan yang mengenalkannya soal sepeda.
"Saya kena virus sepeda itu awalnya engga sengaja. Saya beli pertama dulu Rp 6 juta menurut saya itu mahal banget tahun 2014 di sini. Sebelumnya di Jakarta saya juga punya sepeda lipat, waktu itu menurut saya juga mahal harganya Rp 2.6 juta," ungkapnya.
Ganjar pun mulai ketagihan tatkala seorang kawannya meminjamkan sebuah sepeda untuknya.
Baca juga: Ganjar Pranowo Dioperasi akibat Kecelakaan Sepeda di Semarang, Ini Kronologinya
"Setelah itu saya diracuni oleh orang-orang. 'Pak Ganjar pakai dong sepeda ini, nanti enak bapak pinjam dulu aja gak apa apa.' Saya diracuninya begitu, setelah itu tahu-tahu dipakai kok enak. Terus coba di-fitting dulu dengan tingginya diukur. Lalu saya coba track jauh, saya enggak capek, setelah itu baru disuruh bawa dulu (sepedanya)," bebernya.
Singkat cerita, Ganjar pun mulai tertarik dengan sepeda.
Dia bahkan rela merogoh kocek mencapai puluhan juta rupiah untuk merakit sebuah sepeda balap sesuai dengan bentuk dan ukuran yang diinginkannya.
"Sepeda saya impor frame-nya, beberapa komponen ada yang lokal. Jadi satu dirakit. Awalnya mulai dari Rp 20 juta, lalu mulai tambah ini itu hingga harganya sampai Rp 50 juta. Sekitar itu sepeda yang pernah saya beli paling mahal," terangnya.
Kini, ia kerap bersepeda untuk melakukan tinjauan maupun berkunjung ke tempat wisata maupun kulineran.
Menurut Ganjar, bersepeda itu menyenangkan, sekaligus dapat mempermudah dirinya menyusuri jalan-jalan kecil di setiap tempat yang ingin dikunjungi.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Semarang, Riska Farasonalia | Editor: Andi Hartik, Teuku Muhammad Valdy Arief)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.