KOMPAS.com - Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai Bapak Pendidikan Indonesia.
Ki Hajar Dewantara juga mendapat julukan “Tiga Serangkai” bersama Douwes Dekker (Dr.Danudirja Setiabudi) dan dr. Cipto Mangunkusumo .
Baca juga: 6 Tokoh Kebangkitan Nasional, Salah Satunya Ki Hajar Dewantara
Sosok yang lahir dan dibesarkan di lingkungan keluarga bangsawan Yogyakarta ini tidak hanya dikenal sebagai pergerakan kemerdekaan, namun juga pelopor pendidikan untuk kaum pribumi di zaman penjajahan.
Beliau mendirikan sebuah perguruan nasional yang diberi nama Nationaal Onderwijs Instituut Taman Siswa atau Perguruan Nasional Taman Siswa.
Baca juga: Daftar 10 Pahlawan Nasional Asal Yogyakarta, Ada Ki Hajar Dewantara
Hingga saat ini, tanggal lahir Ki Hajar Dewantara yaitu setiap 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas).
Ki Hajar Dewantara memang berjasa karena telah meletakkan dasar-dasar pendidikan yang memerdekakan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi sistem pendidikan nasional.
Baca juga: Biografi Ki Hajar Dewantara dan Perannya bagi Pendidikan di Indonesia
Salah satunya adalah trilogi pendidikan atau yang dikenal sebagai tiga semboyan Ki Hajar Dewantara ini memiliki makna mendalam bagi para pengajar atau para guru.
Tiga poin semboyan Ki Hajar Dewantara yang ditulis dalam bahasa Jawa tersebut berbunyi “ing ngarsa sung tulada”, “ing madya mangun karsa”, dan “tut wuri handayani”.
Semboyan Ki Hajar Dewantara yang pertama berbunyi “ing ngarsa sung tulada”.
Jika diuraikan kata per kata, kata “ing” berarti "di", “ngarsa” berarti "depan", “sung” berarti "jadi", dan “tulada” berarti "contoh" atau "panutan".
Sehingga arti semboyan “ing ngarsa sung tulada” adalah "di depan menjadi contoh atau panutan".
Semboyan ini memiliki makna bahwa ketika seorang guru atau pengajar berada di depan, maka ia harus bisa menjadi contoh serta panutan kepada muridnya.
Hal ini senada dengan filosofi Jawa bahwa guru bermakna digugu lan ditiru atau orang yang dipercaya dan diikuti.
Semboyan Ki Hajar Dewantara yang kedua berbunyi “ing madya mangun karsa”.
Jika diuraikan kata per kata, kata “ing” berarti "di", “madya” berarti "tengah", “mangun” berarti "membangun" atau "memberikan", dan “karsa” memiliki arti "kemauan", "semangat", atau "niat".