Resep yang digunakan dalam pembuatan mie tetap dipertahankan, resep turun menurun ini didapat dari sang kakek perintis pertama Bakmie Ketandan.
Walaupun sekarang merek tepung yang digunakan berbeda, tetapi Asep memastikan kalau mi buatannya tidak menggunakan bahan pengawet sama sekali.
Walaupun tidak ada papan nama dan lokasinya menyelip di gang depan kantor Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) para pelanggan tetap setia berdatangan.
"Usaha ini dari simbah dari tahun 50-an sudah generasi ketiga, kemarin saat pandemi ya pengaruh saat PPKM itu kan konsumen kami pada jualan malam tutupnya gasik (cepat) ambilnya ya dikurangi," kata Asep, Jumat (4/2/2022).
Baca juga: Kasus Covid-19 Meningkat di DI Yogyakarta, Sekolah Lebih dari 200 Siswa Diminta PTM 50 Persen
Setiap harinya dapur ini menghabiskan 25 sak tepung terigu sebagai bahan dasar pembuatan mi. Satu sak tepung terigu seberat 25 kilogram.
"Ada bahan tertentu sudah enggak ada kami ya ngakali yang hampir sama, kalau kami bikin kaya dahulu, nilai jualnya terlalu tinggi. Kalau saingan kalah," kata dia.
Satu kilo mi telur dijual seharga Rp 12.500. Harga ini baru saja naik imbas naiknya harga minyak goreng di pasaran.
Mau tidak mau Asep harus menaikkan harga agar menutup ongkos produksinya.
"Minyak goreng naik, gas naik, tepung semua naik. Per kilo kalau untuk bakul Rp 11.500 kalau eceran Rp 12.500. Rata-rata tiap harinya bisa menjual 8 kwintal," kata dia.