Kepergian Pangeran Benawa ke Pemalang juga atas perintah dari ayahnya yaitu Sultan Hadiwijaya.
Saat itu Sultan Hadiwijaya memerintahkan Pangeran Benawa untuk membuka daerah Pemalang.
Namun sebelumnya Pangeran Benawa diminta untuk mengambil keris pusaka dari Kesultanan Banten.
Pengeran Benawa menuruti perintah ayahnya. Sepulang dari mengambil keris, dia pun menuju ke satu desa di wilayah Pemalang.
Di sana, Pangeran Benawa menggoreskan kerisnya ke cabang pohon. Wilayah ini kemudian disebut Panggarit.
Panggarit berasal dari dua kata, pertama pang yang berarti cabang, dan garit yang berarti goresan.
Hingga saat ini daerah itu tetap dikenal dengan nama Desa Panggarit, serta terdapat petilasan Pangeran Benawa yang disebut Jambandalem.
Baca juga: Isi Perjanjian Giyanti hingga Dampaknya Memecah Kerajaan Mataram Islam Menjadi 2
Adapun nama Pemalang sendiri konon sudah digunakan untuk menyebut daerah ini sejak zaman Majapahit.
Oleh Patih Gajah Mada, daerah Pemalang dijadikan sebagai pangkalan perang ke Sriwijaya.
Di daerah itu terdapat seorang tokoh besar yang bernama Ki Buyut Jiwandono atau Ki Buyut Banjaransari.
Tokoh ini memberikan dukungan penuh terhadap Majapahit, sehingga wilayah Pemalang dijadikan daerah perdikan, yaitu daerah yang tidak perlu membayar pajak.
Memasuki usia senja, Ki Buyut Banjaransari menyerahkan kekuasaannya kepada Raden Joko Malang.
Diduga nama Pemalang berasal dari sosok Raden Joko Malang ini.
Pasalnya, kata “pe” dalam bahasa Jawa berarti tempat, sedangkan kata “malang” merujuk pada Raden Joko Malang.
Sehingga Pemalang berarti tempat yang dikuasai oleh Raden Joko Malang.
Pada perkembangannya, Kabupaten Pemalang sempat menjadi wilayah kadipaten Kerajaan Mataram Islam.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.