Salin Artikel

Kabupaten Pemalang: Sejarah, Asal-usul Nama, hingga Hari Jadinya

Secara geografis, Kabupaten Pemalang berada di Jalur Utama Nasional Pantai Utara Jawa (Pantura).

Posisi tersebut membuat kabupaten ini cukup strategis dan menjadi penghubung lalu lintas dari Jakarta menuju Semarang-Surabaya atau sebaliknya.

Luas wilayah Kabupaten Pemalang mencapai 1.118,03 kilometer persegi, dan dihuni oleh 1.522.301 penduduk berdasarkan sensus tahun 2021.

Sejarah Kabupaten Pemalang

Sejarah Kabupaten Pemalang terbentang sejak zaman Prasejarah, Mataram Islam, hingga penjajahan Belanda sampai saat ini.

Bukti yang menunjukkan Pemalang sudah dihuni sejak masa Prasejarah melalui beberapa penemuan arkeologis di wilayah tersebut.

Salah satunya penemuan patung Ganesha serta situs kuburan di Desa Lawangrejo dan Desa Banyumudal.

Sementara pendirian Kabupaten Pemalang sendiri dikaitkan dengan runtuhnya Kesultanan Pajang.

Konon sejumlah bangsawan Pajang banyak yang melarikan diri ke arah barat untuk mencari penghidupan yang lebih layak.

Beberapa di antara mereka ada yang sampai ke daerah yang kini masuk wilayah Kabupaten Pemalang.

Salah satu bangsawan Pajang itu bernama Raden Sida Wini. Dia membuka daerah Pemalang dan menobatkan diri sebagai Adipati di sana.

Pengakuan masyarakat terhadap pemerintahan di Pemalang ini terjadi pada tanggal 22 Januari 1575.

Namun sebagian sumber lain menyebutkan bahwa bangsawan Pajang yang membuka daerah Pemalang bernama Pangeran Benawa.

Pengeran Benawa adalah putra pendiri Kesultanan Pajang yang bergelar Sultan Hadiwijaya.

Dengan demikian, Pangeran Benawa sebenarnya berstatus sebagai Putra Mahkota Pajang, yang berhak atas tahta ayahnya.

Kepergian Pangeran Benawa ke Pemalang juga atas perintah dari ayahnya yaitu Sultan Hadiwijaya.
Saat itu Sultan Hadiwijaya memerintahkan Pangeran Benawa untuk membuka daerah Pemalang.

Namun sebelumnya Pangeran Benawa diminta untuk mengambil keris pusaka dari Kesultanan Banten.

Pengeran Benawa menuruti perintah ayahnya. Sepulang dari mengambil keris, dia pun menuju ke satu desa di wilayah Pemalang.

Di sana, Pangeran Benawa menggoreskan kerisnya ke cabang pohon. Wilayah ini kemudian disebut Panggarit.

Panggarit berasal dari dua kata, pertama pang yang berarti cabang, dan garit yang berarti goresan.

Hingga saat ini daerah itu tetap dikenal dengan nama Desa Panggarit, serta terdapat petilasan Pangeran Benawa yang disebut Jambandalem.

Oleh Patih Gajah Mada, daerah Pemalang dijadikan sebagai pangkalan perang ke Sriwijaya.

Di daerah itu terdapat seorang tokoh besar yang bernama Ki Buyut Jiwandono atau Ki Buyut Banjaransari.

Tokoh ini memberikan dukungan penuh terhadap Majapahit, sehingga wilayah Pemalang dijadikan daerah perdikan, yaitu daerah yang tidak perlu membayar pajak.

Memasuki usia senja, Ki Buyut Banjaransari menyerahkan kekuasaannya kepada Raden Joko Malang.

Diduga nama Pemalang berasal dari sosok Raden Joko Malang ini.

Pasalnya, kata “pe” dalam bahasa Jawa berarti tempat, sedangkan kata “malang” merujuk pada Raden Joko Malang.

Sehingga Pemalang berarti tempat yang dikuasai oleh Raden Joko Malang.

Hari Jadi Kabupaten Pemalang

Pada perkembangannya, Kabupaten Pemalang sempat menjadi wilayah kadipaten Kerajaan Mataram Islam.

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Kabupaten Pemalang juga pernah menjadi bagian dari wilayah Hindia Belanda.

Berdasarkan catatan Belanda, Bupati Pemalang yang berkuasa tahun 1820-1830 ada yang terlibat dalam Perang Jawa atau Perang Diponegoro.

Disebutkan bahwa bupati-bupati yang gigih mendukung Pangeran Diponegoro adalah penguasa pesisir utara Jawa.

Dalam catatan lain, Belanda juga sempat memberhentikan Adipati Pemalang bernama Adipati Reksodiningrat dari jabatannya.

Diduga pemberhentian ini ada kaitannya dengan pengerahan orang-orang Pemalang untuk membantu Pangeran Diponegoro oleh sang adipati.

Maka ada saat penetapan Hari Jadi Kabupaten Pemalang, sempat disamakan dengan tanggal ketika Pangeran Diponegoro mengumumkan perlawanan kepada Belanda, yaitu tanggal 20 Juli 1823.

Namun para pakar yang dibentuk oleh Kabupaten Pemalang justru memberikan saran agar hari jadi kabupaten ini ditetapkan pada 24 Januari 1575.

Hingga saat ini, tanggal 24 Januari dikenal sebagai Hari Jadi Kabupaten Pemalang.

Sumber:
Kompas.com
Pemalangkab.go.id
Penggarit.desa.id

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/01/24/174827978/kabupaten-pemalang-sejarah-asal-usul-nama-hingga-hari-jadinya

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com