Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Warga Sleman Yogyakarta soal Penyebaran Nyamuk Wolbachia, Kasus DBD Turun dan Tidak Merasakan Dampak Negatif

Kompas.com - 22/04/2024, 13:41 WIB
Wijaya Kusuma,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Demam berdarah dengue (DBD) menjadi salah satu dari tiga penyakit endemi di Indonesia.

Salah satu upaya yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yakni dengan inovasi penanganan DBD menggunakan nyamuk Wolbachia. 

Kendati demikian, penyebaran nyamuk Wolbachia di Bandung, Jawa Barat menuai protes dari puluhan warga yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Anti Nyamuk. 

Jauh sebelum itu, sejumlah wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sudah menjadi lokasi penyebaran nyamuk Wolbachia mulai dari Kabupaten Bantul, Kabupten Sleman, dan Kota Yogyakarta.

Diketahui, nyamuk wolbachia adalah sebutan untuk nyamuk yang membawa bakteri wolbachia. Bakteri ini dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti, sehingga membantu mengatasi penularan penyakit DBD.

Baca juga: Kasus DBD di Klaten Capai 204 Kasus, 14 Meninggal Dunia

 

Penyebaran nyamuk Wolbachia tersebut sukses menekan angka kasus demam berdarah dengue (DBD) dan tidak ditemukan dampak negatif. 

Di wilayah Kabupaten Sleman yang menjadi lokasi penyebaran nyamuk ber-Wolbachia salah satunya di Dusun Kronggahan, Kalurahan Trihanggo, Kapanewon Gamping, Sleman, DIY.

Salah satu warga Kronggahan, Yati (32) mengatakan, penyebaran nyamuk Wolbachia seingatnya dilakukan sebelum 2015.

Sebelum itu, dirinya bersama warga lain mendapatkan sosialisasi terkait dengan nyamuk ber-Wolbachia. 

"Kurang lebih sebelum 2015, saya agak lupa, udah lama banget soalnya. Pertama itu ada sosialisasi dulu. Setelah itu, warga pada setuju," ujarnya saat ditemui di rumahnya, Sabtu (20/4/2024). 

Baca juga: Kasus DBD di Solo Meningkat, 45 Kasus di 2024, 2 Meninggal


Baca juga: Kasus DBD Capai Ratusan, Stok Abate di Gunungkidul Habis

Dititipi ember berisi nyamuk Wolbachia

Yati mengungkapkan saat itu rumahnya menjadi salah satu tempat yang dititipi ember berisi telur nyamuk Wolbachia. Ember tersebut oleh petugas secara rutin dilakukan pengecekan. 

"Ember, terus ada petugas yang datang terus ditaruh di tempat lembab. Nanti setiap dua minggu kalau enggak salah itu pasti dicek, dilihat ada jentik-jentiknya apa nggak," bebernya. 

Diakui Yati, sebagai masyarakat awam tentu awalnya penuh dengan pertanyaan terkait dengan nyamuk ber-Wolbachia.

Selain itu dirinya juga sempat juga muncul rasa takut dengan dampak nyamuk ber-Wolbachia. 

"Ya awalnya sempat takut, nanti kalau gimana, gimana. Kalau ditambahi nyamuk, terus apa benar-benar bisa mengurangi DB? Ya, kalau berhasil, kalau nggak? terus jadi penyakit, terus gimana?. Itu dulu awal-awalnya," ucapnya. 

Baca juga: 90 Warga Jateng Meninggal akibat DBD pada 2024, Berikut Perincian Daerahnya...

Pertanyaan-pertanyaan tersebut pun terjawab saat sosialisasi. Sehingga Yati pun setuju dengan penyebaran nyamuk ber-Wolbachia. 

"Alhamdulilah warga pada setuju setelah mendengar sosialisasi," katanya lagi.

Yati mengaku merasakan hal positif dari penyebaran nyamuk ber- Wolbachia pada sebelum 2015 silam. Sebab saat ini, dirinya tidak mendengar ada kasus demam berdarah di wilayah tempat tinggalnya. 

"Ya, dampaknya positif, kasus (kasus demam berdarah) turun banyak. Daerah Kronggahan sini aman dari demam berdarah," tegasnya. 

Di sisi lain, menurut Yati, sampai saat ini tidak mendengar keluhan warga terkait dampak negatif dari nyamuk ber-Wolbachia. 

"Aman, walaupun gigit. Ya sampai sekarang aman saja," kata dia.

Baca juga: Kasus DBD di Sikka Bertambah Jadi 241 Orang dan 27 di Antaranya Dirawat 

Belum ada keluhan dari warga terkait nyamuk Wolbachia

Edukasi masyarakat terkait nyamuk ber-wolbachia.DOK.Save the Children Indonesia Edukasi masyarakat terkait nyamuk ber-wolbachia.

Salah satu warga Kronggahan lainnya, Suci menuturkan, dahulu ada banyak kasus demam berdarah di sekitar tempat tinggalnya. 

Salah satunya adalah suaminya sendiri. Saat itu suaminya harus mendapat perawatan intensif di rumah sakit. 

"Tahun 2010, suami saya kena demam berdarah, pulang kerja badanya panas. Dibawa ke rumah sakit, itu trombositnya turun. Sampai rawat inap, ya Alhamdulilah kondisinya membaik dan boleh pulang," tutur Suci saat ditemui di rumahnya. 

Pengalaman itulah yang kemudian melatarbelakangi Suci setuju dengan penyebaran nyamuk ber- Wolbachia. Sama halnya dengan tetanggaya Yati, pada awalnya Suci juga mengaku takut. Sebab dirinya belum mengetahui soal nyamuk ber-Wolbachia termasuk soal aman atau tidaknya. 

"Ya, awalnya yo takut tho, tapi kan dari pihak sana kan sosialisasi. Terus sedikit-sedikit nggak takut lagi," ungkapnya. 

Baca juga: Demam Berdarah Dengue di Banjarmasin Meningkat, Dinkes Catat 30 Kasus hingga Akhir Juli 2022

Bahkan Suci dan beberapa warga pernah diajak ke laboratorium di UGM untuk melihat langsung dan dijelaskan soal nyamuk Wolbachia. 

"Dulu itu pernah diajak ke sana, ke laboratorium, di sana dijelaskan soal Wolbachia, terus melihat pakai mikroskop juga," tuturnya. 

Menurut Suci sampai saat ini tidak ada warga yang mengeluhkan adanya dampak bagi kesehatan setelah digigit nyamuk ber-Wolbachia. 

Halaman Berikutnya
Halaman:


Terkini Lainnya

KPU Bantul Tetapkan 45 Nama Caleg Terpilih, Berikut Daftar Namanya

KPU Bantul Tetapkan 45 Nama Caleg Terpilih, Berikut Daftar Namanya

Yogyakarta
Pemkot Yogyakarta Terapkan Strategi Bermain Dakon untuk Antisipasi Penumpukan Sampah

Pemkot Yogyakarta Terapkan Strategi Bermain Dakon untuk Antisipasi Penumpukan Sampah

Yogyakarta
Mahasiswa yang Meninggal Usai Latihan Bela Diri Alami Luka di Usus, Diduga Akibat Tendangan

Mahasiswa yang Meninggal Usai Latihan Bela Diri Alami Luka di Usus, Diduga Akibat Tendangan

Yogyakarta
Rumah di Klaten Terbakar Saat Pemiliknya Shalat Jumat, Diduga Akibat Korsleting 'Charger' HP

Rumah di Klaten Terbakar Saat Pemiliknya Shalat Jumat, Diduga Akibat Korsleting "Charger" HP

Yogyakarta
Penjelasan BPS soal Nangka Muda Jadi Penyumbang Inflasi di Kota Yogyakarta

Penjelasan BPS soal Nangka Muda Jadi Penyumbang Inflasi di Kota Yogyakarta

Yogyakarta
UGM Telusuri Laporan Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah

UGM Telusuri Laporan Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah

Yogyakarta
Ditinggal Nonton Indonesia Vs Irak, Kandang Ternak di Gunung Kidul Hangus Terbakar

Ditinggal Nonton Indonesia Vs Irak, Kandang Ternak di Gunung Kidul Hangus Terbakar

Yogyakarta
Ini 45 Caleg Terpilih di Gunungkidul, Wajib Serahkan LHKPN Sebelum Dilantik

Ini 45 Caleg Terpilih di Gunungkidul, Wajib Serahkan LHKPN Sebelum Dilantik

Yogyakarta
YIA Jadi Satu-satunya Bandara Internasional di DIY-Jateng, Asita Minta Penerbangan Luar Negeri Ditambah

YIA Jadi Satu-satunya Bandara Internasional di DIY-Jateng, Asita Minta Penerbangan Luar Negeri Ditambah

Yogyakarta
Pengukuran Lahan Terdampak Pembangunan Tol Yogyakarta-YIA Mulai Dilakukan

Pengukuran Lahan Terdampak Pembangunan Tol Yogyakarta-YIA Mulai Dilakukan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Dikabarkan Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot di Partai Golkar, Singgih: Siapa yang Bilang?

Dikabarkan Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot di Partai Golkar, Singgih: Siapa yang Bilang?

Yogyakarta
Jadwal KRL Solo-Jogja 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Klaten

Jadwal KRL Solo-Jogja 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Klaten

Yogyakarta
Jadwal KRL Solo-Jogja 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Solo Balapan dan Purwosari

Jadwal KRL Solo-Jogja 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Solo Balapan dan Purwosari

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com