Salin Artikel

Jika Tempat Relokasi Tak Layak, PKL Malioboro Ancam Kembali ke Tempat Semula

Ketua Paguyuban Handayani Kuliner Siang Sogi Wartono mengatakan, saat sosialisasi dengan pemerintah dirinya menanyakan terkait ada tidaknya kompensasi yang diberikan oleh pemerintah jika pengunjung sepi, dan dirinya mendapatkan jawaban bahwa tidak ada kompensasi bagi PKL jika tempat barunya nanti sepi.

"Sebelum direlokasi ini kalau Malioboro sepi pedagang hanya bisa menjual dua sampai tiga piring. Kalau masuk ke gedung eks bioskop indra lalu bagaimana, kompensasi gak ada. Pemerintah gak tanggung jawab, kalau relokasi kan harusnya ada kompensasi," kata Sogi setelah mengikuti Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) di gedung DPRD Kota Yogyakarta, Senin (24/1/2022).

Ia membeberkan rencana relokasi memang sudah digaungkan oleh pemerintah sejak lama, tetapi sosialiasi baru saja diberikan pada akhir tahun. Pada sosialisasi itu para PKL hanya diberikan waktu selama satu bulan untuk bersiap-siap sebelum direlokasi ke temoat baru.

Menurut Sogi dalam sosialiasi yang dilakukan oleh pemerintah juga tidak jelas karena PKL tidak diajak musyawarah terlebih dahulu, para PKL juga tidak diberitahu ukuran lapak di tempat yang baru berapa meter.

"Tidak secara tiba-tiba koordinasi dalam jangka waktu 1 bulan disuruh pindah semua padahal lapak belum jelas apalagi layak," katanya.

"Kalau lapak tidak jelas, tidak sesuai dan tidak bisa menampung seluruh anggota. Saya akan kembali lagi kesana (tempat awal)," katanya.

Dirinya telah melakukan pengecekan tempat relokasi sendiri dan menurut Sogi lokasi di eks gedung bioskop Indra tidak mencukupi untuk dirinya berjaualan.

Lantaran, lapaknya sekarang berukuran 3 meter sedangkan dirinya hanya diberikan lapak ukuran 1 meter di eks gedung bioskop Indra.

"Ini kan nggak pas, jadi kalau kata orang Jawa gur sak-sak e (hanya asal-asalan). Saya sudah ke sana tetapi tidak menghitung kapasitas, kalau kita berebutan dan tidak mencukupi saya kembali ke lapangan (pinggir Maliobiro) lagi karena ini belum cukup," ungkap dia.

Atas alasan tersebut dirinya bersama PKL lainnya menginginkan relokasi ditunda selama 1 sampai dengan 3 tahun sembari pemrintah melakukan penambahan pembangunan, mengingat lokasi lainnya yakni eks gedung Dinas Pariwisata bersifat shelter atau sementara.

"Itu yang diutamakan penundaan 1 sampai 3 tahun kekurungan pembangunan bisa selesai gak mendadak sementara di shelter nanti dipindah lagi kan repot. Sehingga dana pemerintab tidak mubadzir dikerjakan dengan bagus," katanya.

Sementara itu Ketua Pansus Relokasi PKL Malioboro, DPRD Kota Yogyakarta Antonius Foki Ardyanto mengatakan, pemerintah telah memprediksi akan terjadi gelombang ketiga Covid-19 pada Maret.

Sehingga, penundaan relokasi sekaligus untuk menghindari para PKL terdampak gelombang tiga Covid.

"Kalau sudah direlokasi, kena Omicron lagi kan, negara tidak mempunyai sense of crisis," beber dia.

Kedepan pihaknya akan memfasilitasi semaksimal mungkin aspirasi para PKL dapat tersampaikan kepada pemerintah setempat.

"Maka salah satu langkah kita akan melakukan kunjungan ke lapangan mengajak perwakilan PKL dan pemkot untuk melihat sejauh mana sih kelayakannya itu dari versi pemerintah maupun  PKL," kata dia.

Setelah melakukan kunjungan kedepan pihaknya akan bersurat kepada DPRD DIY agar Pansus pengawasan relokasi PKL Malioboro dapat beraudiensi dengan Pemerintah DIY langsung.

"Maka kita Selasa melakukan kunjungan ke lapangan, Rabu juga kirim surat ke DPRD DIY bahwa pansus ini bisa diterima DPRD DIY. Bisa mengundang pemangku kepentingan dalam konteks Pemda DIY yang mengurusi itu," pungkas dia.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi menyampaikan Pemerintah Kota Yogyakarta telah menyiapkan tempat yang layak bagi para PKL. Ditambah lagi tempat relokasi masih di sekitar Malioboro.

"Waktu pastinya masih kita koordinasikan untuk relokasinya, bagi wisatawan lebih mudah memilih oleh-oleh dan makan minum karena terkumpul jadi satu. Relimasi masih di Malioboro, bukan jauh dari Malioboro," kata dia.

https://yogyakarta.kompas.com/read/2022/01/24/220718678/jika-tempat-relokasi-tak-layak-pkl-malioboro-ancam-kembali-ke-tempat

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com