selama tiga tahun di SMA, Erlin selalu masuk peringkat 1 atau 2, dengan nilai mata pelajaran Biologi, Matematika, dan Agama yang semuanya di atas 90.
Usahanya membuahkan hasil ketika Erlin diterima di prodi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Keperawatan, dan Kesehatan Masyarakat Universitas Gadjah Mada (FK-KKMK UGM).
Ia menjadi satu-satunya anggota keluarganya yang kuliah di UGM.
Baca juga: UGM Mundur dari BEM SI: Munas Dihadiri BIN dan Ketua Partai, Merusak Independensi Mahasiswa
"Nama Universitas Gadjah Mada pertama kali saya temukan dalam buku tema saya saat SD. Siapa sangka saya sekarang benar-benar berkuliah di FK-KMK UGM," kata Erlin dengan penuh haru.
Momen pengumuman hasil seleksi menjadi momen paling menegangkan baginya.
"Saya bilang ke Mama dan Bapak, ‘Maaf kalau saya tidak lolos.’ Karena saya tahu saingan di FK-KMK UGM sangat berat," tambahnya.
Berkat prestasi dan kerja kerasnya, Erlin mendapatkan Beasiswa UKT Pendidikan Unggul Bersubsidi 100 persen dari UGM.
"Penghasilan ayah saya sebagai buruh hanya sekitar dua juta per bulan, itu pun tidak tetap. Tanpa beasiswa, rasanya sangat berat untuk bisa kuliah di luar Papua," ungkap Erlin bersyukur.
Ibu Erlin, Fereonika Sa, juga mengungkapkan kebahagiaannya atas penerimaan anaknya di UGM.
Baca juga: BEM UGM dan Undip Hengkang dari Aliansi, Ini Sejarah BEM SI Kerakyatan
"Saya berharap dengan semua yang anak saya dapat dari UGM ini boleh menjadi bekal dia ke depannya untuk menjadi seorang dokter yang bertanggung jawab terhadap seluruh tugas-tugasnya dengan sepenuh hati," harapnya.
Kisah Maria Elisabeth Ponda adalah gambaran nyata tentang ketekunan dan semangat yang tak pernah padam.
Mimpi besarnya untuk menjadi dokter bukan hanya sebuah tujuan, tetapi juga sebagai bentuk pengabdian untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang