Editor
"Dengan ini, aku memberikan tugas kepadamu pribadi, untuk menjaga Bendera kita dengan nyawamu, ini tidak boleh jatuh ke tangan musuh," kata Soekarno kepada Husein Mutahar seperti yang tertulis dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakjat Indonesia karangan Cindy Adams.
"Di satu waktu, jika Tuhan mengizinkannya engkau mengembalikannya sendiri kepadaku sendiri dan tidak kepada siapa pun kecuali kepada orang yang menggantikanku sekiranya umurku pendek. Andai kata engkau gugur dalam menyelamatkan bendera pusaka ini, percayakanlah tugasmu kepada orang lain dan dia harus menyerahkannya ke tanganku sendiri sebagaimana engkau mengerjakannya," lanjut Soekarno.
Sejak saat itu,tanggung jawab besar Husein Mutahar pada saat itu adalah untuk membawa dan menjaga Bendera Pusaka agar tidak dirampas oleh Belanda.
Dalam buku Husein Mutahar, Pengabdian dan Karyanya, diceritakan bahwa Mutahar sempat terdiam sejenak saat sadar tanggung jawabnya sangat besar yakni menjaga Bendera Pusaka.
Oleh Mutahar, Bendera Pusaka sebetulnya tidak benar-benar dirobek, namun hanya dipisahkan menjadi dua bagian.
Ia hanya berpikir bagaimana cara agar Belanda tidak menyita Bendera Pusaka yang berwarna merah putih itu.
Dalam benak Mutahar, kain bendera yang dipisahkan nantinya tidak terlihat seperti bendera, melainkan hanya dua carik kain merah dan putih.
Pemisahan Bendera Pusaka dilakukan Mutahar dibantu oleh Ibu Perna Dinata, dengan cara mencabut benang jahitan yang menyatukan kedua bagian merah dan putih.
Selanjutnya, kedua carik kain itu diselipkan dalam dua tas terpisah bersama seluruh pakaian dan kelengkapan miliknya yang dijejalkan di atasnya.
Kendati Mutahar sempat ditahan dan ditawan, namun dua helai kain merah dan putih yang merupakan Bendera Pusaka tersebut tetap tersimpan dengan aman.
Hingga pada akhirnya, Husein Mutahar berhasil melarikan diri dari Semarang menuju Jakarta dengan kapal laut.
Pada pertengahan Juni 1949, ketika berada dalam pengasingan di Muntok, Bangka, Presiden Soekarno berhasil mengirimkan pesan rahasia kepada Husein Mutahar.
Isi pesan tersebut adalah agar Mutahar menjahit kembali potongan Bendera Pusaka dan mengirimkannya kepada Presiden Soekarno di Bangka melalui Soedjono sebagai perantara.
Soedjono kemudian meminjam sebuah mesin jahit dan Mutahar kembali menyatukan dua kain yang ia simpan dengan menjahit tepat di lubang bekas jahitan aslinya.
Namun akibat sedikit kesalahan jahit dari ujung bendera, ukuran Bendera Pusaka berubah sekitar dua sentimeter dari ukuran awalnya.