Editor
Sebelum kirab dimulai, akan “dijamu” dengan ubi serta dua ember berisi air putih dan kopi, di mana kerbau yang akan dikirabkan biasanya akan menikmati jamuan yang sudah siapkan tersebut.
Keberadaan Kebo Bule dalam tradisi sakral Keraton Kasunanan Surakarta ternyata memiliki makna dan filosofi tersendiri.
Kebo Bule ini merupakan lambang rakyat kecil terutama karena kedekatannya dengan aktivitas kaum petani.
Selain itu, kerbau juga dianggap sebagai simbol penolak bala karena dipercaya memiliki kepekaan dalam mengusir roh jahat dan atau mampu menghilangkan niatan buruk.
Selain itu, filosofi dari keberadaan Kebo Bule ini mengandung pesan bahwa meski kerbau identik dengan hewan bodoh justru inilah yang dijadikan sebagai pengingat agar manusia yang berakal budi harus pintar dan jangan sampai bertindak serta berpikir bodoh seperti kerbau.
Bagi sebagian masyarakat, Kebo Bule Keraton Kasunanan Surakarta dianggap sebagai hewan keramat yang bisa membawa berkah.
Tidak heran jika selama Kebo Bule berjalan mengikuti tradisi kirab malam 1 Suro, tidak sedikit masyarakat yang berusaha menyentuhnya.
Sehingga tidak jarang sisa minuman air putih dan kopi yang diminum diperebutkan oleh masyarakat. Menariknya, jika si kerbau tidak minum maka tidak ada yang mengambil air tersebut.
Bahkan, sebagian orang tidak ragu untuk mengambil sisa makanan maupun kotoran yang dikeluarkan Kebo Bule selama arak-arakan berlangsung.
Sisa makanan atau kotoran tersebut kemudian akan dibawa pulang dengan keyakinan akan memberi berkah, baik itu untuk keselamatan, panjang umur, awet muda, menyuburkan tanah, dan lain sebagainya.
Sumber:
surakarta.go.id
surakarta.go.id
antaranews.com
antaranews.com
tribunsolowiki.tribunnews.com
kompas.tv
kompas.tv
regional.kompas.com (Reza Kurnia Darmawan)