"PKL kita juga antar, kalau ujian sekolah antar sekolah. Tahun ini ada tiga sekolah kita antar menggunakan tiga mobil yang berbeda, itu gratis tidak membebani orang tua," kata dia.
Untuk meyakinkan pihak sekolah, beberapa kali mengundang kepala sekolah untuk mengetahui kegiatan anak-anak ini. Sebab, masih banyak yang beranggapan dipenjara hanya terkurung dan tidak bisa melakukan kegiatan apapun.
"Untuk biaya sekolah yang negeri gratis semua, tapi kalau swasta ya itu tanggung jawab orang tua ya," kata Aris.
Baca juga: KPK Eksekusi Eks Bupati Talaud ke Lapas Anak Wanita Tangerang
Selama di dalam LPKA anak-anak ini berkegiatan dari bangun tidur hingga menjelang tidur. Semua sudah terjadwal dengan rapi. Bahkan jadwal dipasang di masing-masing kamar mereka.
Kegiatan mulai rohani, hingga olahraga dilakukan anak yang berperkara dengan hukum ini. Olah raga pun cukup lengkap, mulai futsal hingga olahraga keterampilan seperti catur.
Bahkan sering kali mereka diajak rekreasi berenang di Kota Wonosari. "Anak di sini kelebihan energi, maka kita fasilitasi kelebihan energi itu," kata Aris.
Untuk pendidikan lanjutan, ada beberapa yang sudah keluar difasilitasi mendaftar ke perguruan tinggi. Pada awal masuk menggunakan sistem daring, dan dilanjutkan perkuliahan saat dirinya keluar.
"Pernah ada yang kita fasilitasi sampai perguruan tinggi. Sekarang sudah bebas," kata Aris.
Untuk keterampilan, selain berkebun, memasak, juga ada pelatihan bengkel, hingga potong rambut. Bengkel membuat kanopi dari baja ringan.
Baca juga: Hari Anak Nasional, 35 Penghuni Lapas Anak di Bandung Dapat Remisi
Kegiatan musik mulai dari alat band komplit, dan akustik pun tersedia. Bahkan alat musik tradisional seperti gamelan, dan alat hadroh juga ada.
Kepala subseksi Perawatan LPKA II Yogyakarta, Hijrah mengatakan, divisinya membawahi kebutuhan anak, salah satunya makanan. Menu yang disediakan sesuai dengan kebutuhan anak, dan tumbuh kembang mereka.
Hasil masakan pun diawasi oleh petugas. Jika ada yang kurang layak, tidak boleh disajikan. Bahkan, daftar menu harian juga dipajang di dalam wisma anak.
Sehingga mereka mengetahui apa saja yang dimakan hari ini. "Ada acuannya detail untuk makanan," kata dia.
Baca juga: Hari Sumpah Pemuda: Saat Binaan Lapas Anak Pun Punya Masa Depan
Ada anak yang diajak membantu untuk memasak juru masak. Anak-anak itu, yang sudah melewati pemantauan dan tidak membahayakan. Sebab, dapur terdapat alat yang berbahaya.
"Sudah aman dan ikut pelatihan tidak berisiko diajak ke sini," kata Hijrah.
Setelah aman, anak-anak mengikuti program asimilasi. Sehingga dapur merupakan' saringan' terakhir sebelum mereka masuk program asimilasi itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.