Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bir Jawa, Minuman Rempah Khas Keraton Yogyakarta

Kompas.com, 27 Juli 2023, 20:21 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Bir Jawa adalah salah satu minuman khas Keraton Yogyakarta yang terbuat dari rempah-rempah.

Karena terbuat dari rempah-rempah, Bir Jawa tentunya tidak memiliki kandungan alkohol.

Bir Jawa justru memiliki cita rasa yang khas dan memiliki berbagai khasiat yang menyehatkan.

Baca juga: Jadah Tempe, Kuliner Khas Kaliurang Kegemaran Sultan Hamengkubuwono IX

Sekilas, tampilan Bir Jawa hampir menyerupai bir beralkohol karena berwarna kuning bening dengan buih di atasnya.

Namun pemberian sebutan ‘bir’ pada minuman ini tidak hanya terkait dengan tampilan, namun juga memiliki sejarah di baliknya.

Baca juga: Songgo Buwono, Kuliner Ningrat dari Keraton Yogyakarta yang Penuh Filosofi

Sejarah Bir Jawa

Dilansir dari laman tribunnewswiki.com, Bir Jawa menjadi merupakan minuman khas keluarga Keraton Yogyakarta yang diciptakan pada masa Sultan Hamengkubuwono VIII.

Saat itu, Sultan meminum Bir Jawa saat menjamu orang Belanda yang biasa minum bir beralkohol.

Karena Sultan tidak meminum minuman beralkohol, maka terciptalah Bir Jawa yang tampilannya terlihat seperti bir yang diminum orang Belanda.

Baca juga: Siti Hinggil, Tempat Singgasana Sultan di Keraton Yogyakarta

Hal ini juga dibahas dalam penelitian mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro, Ayu Amalya Ma’as, yang berjudul Diplomasi Kebudayaan antara Keraton Yogyakarta dan Pemerintah Kolonial Belanda pada Masa Sultan Hamengkubuwono VIII 1921-1039 (2020).

Disebutkan bahwa Bir Jawa sudah dikenal sejak masa Sultan Hamengkubuwono VII (1877-1921).

Minuman tradisional khas Keraton Yogyakarta ini dahulu disajikan pada saat Sultan menjamu tamu Belanda dalam Pisowanan Agung.

Karena budaya minum bir beralkohol bukan sebuah kebiasaan yang berkembang di kalangan Keraton Yogyakarta, maka dilakukanlah penyesuaian.

Bir Jawa menjadi bentuk penyesuaian atau adaptasi kebudayaan dengan membuat racikan minuman yang dapat dihidangkan dan diminum bersama dengan tamu Belanda yang sowan ke Keraton.

Tradisi menjamu dengan Bir Jawa masih dilakukan pada masa Sultan Hamengkubuwono VIII karena beliau terkenal sering mengadakan jamuan kenegaraan.

Sementara dilansir dari laman budaya.jogjaprov.go.id, Bir Jawa juga disajikan saat Sultan Hamengkubuwono VIII memakan kudapan seperti pisang, keju, roti kering, atau roti sobek.

Penyajian Bir Jawa juga dilakukan secara khusus, yaitu dituangkan pada gogok dari kaca atau kristal yang ditutup dengan sejenis tutup teko yang terbuat dari emas 28 karat.

Bir Jawa akan dinikmati dengan gelas khusus yang terbuat dari emas 18 karat. Kemudian gelas dan gogok diletakkan pada baki yang juga terbuat dari emas.

Sultan Hamengku Buwana VIII biasanya menikmati minuman ini pada sore hari, setelah beliau mandi dan mengenakan busana Jawa.

Sultan akan menikmatinya sambil bersantai di kursi malas di Ngindrakila dengan ditemani para Abdi alem Ngindrakila yang sedang caos (piket).

Resep Bir Jawa

Kini minuman khas Keraton Yogyakarta ini tidak hanya dapat dinikmati Sultan saja, namun masyarakat juga bisa membuatnya sendiri.

Bahan yang dibutuhkan untuk membuat Bir Jawa juga mudah didapat, yaitu jahe, batang serai, cengkeh, kayu manis, mesoyi, daun pandan, gula (gula batu), air, dan air jeruk nipis.

Cara membuatnya adalah dengan merebus air hingga mendidih, kemudian memasukan rempah-rempah.

Sementara di dalam gelas, siapkan gula batu dan air perasan jeruk nipis.

Setelah air rebusan rempah-rempah berubah warna, air disaring dan dituangkan ke gelas berisi gula dan air jeruk nipis yang telah disiapkan.

Untuk memberi rasa segar, minuman ini juga bisa disajikan dalam keadaan dingin dengan menambahkan es batu.

Khasiat Bir Jawa

Dilansir dari laman Kompas.com, Bir Jawa dipercaya memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh, seperti mengatasi rasa capek dan masuk angin.

Dilansir dari laman budaya.jogjaprov.go.id, Bir Jawa berkhasiat untuk menghangatkan badan, terutama ketika cuaca dingin.

Kandungan cengkeh yang ada di dalam minuman ini juga memiliki khasiat untuk menghilangkan bau nafas tidak sedap.

Sedangkan air jeruk nipis dianggap dapat mengobati tekanan darah tinggi dan dapat melangsingkan badan.

Sumber:
tribunnewswiki.com  
budaya.jogjaprov.go.id  
solo.tribunnews.com  
kompas.com (Yuharrani Aisyah)

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau