KOMPAS.com - Songgo Buwono adalah jenis makanan pembuka khas Keraton Yogyakarta yang pertama kali lahir pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwono VIII.
Bentuk songgo buwono menyerupai soes dengan isian seperti daging sapi atau ayam, telur, acar, kuah, dan selada.
Baca juga: Makna Gunungan dalam Tradisi Grebeg Keraton Yogyakarta dan Solo
Berbeda dengan sajian soes sebagai hidangan penutup yang cenderung manis, songgo buwono memiliki rasa asin dan gurih.
Pertama kali disajikan di lingkungan Keraton, songgo buwono merupakan menu makanan kesukaan Sri Sultan Hamengku Buwono VII.
Baca juga: Benteng Baluwerti, Saksi Sejarah Perkembangan Keraton Yogyakarta
Sebelum dikenal masyarakat luas, songgo buwono hanya disuguhkan untuk para kerabat dan tamu kerajaan sehingga dikenal sebagai makanan Ningrat atau Priyayi.
Nama makanan ini diambil dari dua kata yaitu ‘songgo’ berarti menyangga dan ‘buwono, artinya langit atau kehidupan.
Oleh karena itu, makanan songgo buwono memiliki makna yaitu sebagai penyangga kehidupan.
Songgo buwono termasuk makanan kelas atas yang dihidangkan pada hajat tertentu, seperti acara pernikahan.
Sajian songgo buwono pada saat pernikahan diyakini sebagai simbol kesiapan kedua mempelai untuk mengarungi kehidupan secara mandiri.
Filosofi songgo buwono juga terdapat pada komponen bahan-bahan penyusunnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.