KOMPAS.com - Bagi wisatawan yang mengunjungi Yogyakarta, terutama setelah berwisata di lereng Gunung Merapi akan menemukan kuliner bernama jadah tempe.
Jadah tempe adalah kuliner tradisional khas Yogyakarta yang banyak ditemukan di sekitar Kaliurang.
Baca juga: Mengenal Gudeg, Ikon Kuliner Khas Yogyakarta Favorit Wisatawan
Kuliner jadah tempe merupakan gabungan dari dua jenis makanan yaitu jadah yang merupakan olahan dari ketan dan tempe bacem.
Ketan dan tempe bacem tersebut biasanya ditangkupkan dan dimakan bersama seperti memakan burger.
Baca juga: Sejarah Bakpia, Oleh-oleh Khas Yogyakarta
Tak jarang jadah dan tempe tersebut disajikan dengan diikat menggunakan lembaran daun pisang.
Panganan jadah di beberapa daerah juga dikenal dengan nama uli atau gemblong.
Baca juga: 5 Oleh-oleh Cokelat Hits Khas Yogyakarta agar Tak Melulu Bawa Pulang Bakpia
Apabila dinikmati secara terpisah, jadah yang merupakan olahan dari ketan dengan campuran kelapa memiliki rasa yang gurih.
Terlebih jika jadah dibakar terlebih dahulu, maka teksturnya akan sedikit garing dan muncul wangi dari kelapa yang menggugah selera.
Sementara tempe bacem yang berwarna coklat gelap memiliki rasa dominan manis.
Kombinasi rasa gurih dan manis dalam kuliner jadah tempe akan semakin nikmat apabila dinikmati dengan pedasnya cabe rawit.
Di beberapa tempat jadah juga bisa dinikmati bersama tahu bacem dengan cara yang sama.
Sejarah kuliner jadah tempe ternyata berawal dari makanan biasa saja bagi orang desa dan bukan jenis panganan yang terkenal.
Namun pada tahun 1950-an panganan ini mulai diperkenalkan pertama kali oleh Sudimah Wiro Sartono yang dikenal dengan nama mbah Carik di sekitar di desa Kaliurang.
Jadah tempe menjadi terkenal ketika Sri Sultan Hamengkubuwono IX mencoba mencicipi jadah tempe.
Beliau kemudian kerap mengutus pengawalnya khusus untuk membeli jadah tempe ke Kaliurang.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.