terjadi peningkatan permintaan sambungan listrik di Yogyakarta yang membuat ANIEM memutuskan untuk membangun pembangkit listrik tenaga diesel.
Pembangkit listrik tenaga diesel tersebut selesai dibangun pada 1922, dan akhirnya seluruh wilayah kota Yogyakarta telah teraliri listrik.
Hingga tahun 1939, seluruh wilayah Karesidenan Yogyakarta, mulai dari Pingit hingga Wirobrajan telah teraliri listrik.
Listrik tidak hanya dialirkan untuk wilayah-wilayah pemukiman, namun juga untuk kepentingan penerangan jalan umum yang biayanya ditanggung oleh Keraton.
Saat itu, biaya pengadaan listrik termasuk masih sangat mahal untuk dijangkau masyarakat umum.
Pada 1938 saja, tagihan listrik yang harus dibayarkan setiap bulan untuk dua buah lampu yang masing-masing berukuran 10 watt adalah sebesar ƒ 1,- atau setara dengan harga 15 kg beras pada waktu itu.
Sumber:
https://kebudayaan.jogjakota.go.id/babon-aniem-kotabaru
https://kebudayaan.jogjakota.go.id/babon-aniem-inna-garuda
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/bangunan-gardu-aniem/
https://jogjacagar.jogjaprov.go.id/detail/4004/bangunan-gardu-aniem