Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ombudsman RI DI Yogyakarta Klarifikasi Dugaan Jual Beli Seragam di SMPN 1 Bambanglipuro Bantul

Kompas.com, 4 Juli 2023, 16:40 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Ardi Priyatno Utomo

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Tidak hanya datangi SMKN 3 Kota Yogyakarta, Ombudsman Republik Indonesia (ORI) juga mendatangi SMP Negeri di Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, DIY.

Kedatangan ORI DIY ke SMPN 1 Bambanglipuro ini juga dalam rangka yang sama, yakni melakukan klarifikasi adanya dugaan jual beli seragam yang dilakukan oleh pihak sekolah.

Asisten Pemeriksa ORI perwakilan DIY Ruli Arifah mengatakan, kedatangannya ke ORI DIY memiliki dua tujuan. Pertama melakukan pemantauan proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), dan meminta penjelasan adanya dugaan jual beli seragam di SMPN 1 Bambanglipuro.

Baca juga: Ombudsman Jateng Terima Dugaan Malapraktik Jual Beli Seragam di Sekolah

"Ada laporan dari masyarakat, yang masuk ke kami soal dugaan jual beli seragam d SMPN 1 Bambanglipuro, karena itu kami melakukan klarifikasi," kata dia, Senin (3/7/2023).

Menurut dia, ORI melakukan klarifikasi dikarenakan adanya aturan komite sekolah dan pihak sekolah tidak diperbolehkan melakukan praktik jual beli seragam. Tak hanya itu, terdapat juga aturan tidak diperbolehkan koperasi untuk pengambilan seragam.

"Hasilnya secara umum kepala sekolah menyampaikan bahwa pengadaan seragam dilakukan oleh POT atau Paguyuban Orangtua, sekolah juga menyebut bahwa semua diinisiasi oleh POT," ucap dia.

langkah ke depan ORI DIY akan melakukan komunikasi lagi kepada KEpala ORI DIY dan orangtua murid untuk membicarakan hasil dari klarifikasi yang sudah dilakukan.

Tak hanya itu, ORI DIY juga bakal klarifikasi dengan POT terkait dugaan jual beli seragam.

Di sisi lain, Kepala SMPN 1 Bambanglipuro Parjo mengatakan, kedatangan ORI DIY ke sekolahnya untuk melakukan klarifikasi terkait pengadaan seragam.

Baca juga: Koperasi Sekolah di DIY Boleh Jual Seragam, asal Siswa Tak Wajib Beli dan Lebih Murah

Saat klarifikasi, Parjo menjelaskan secara apa adanya karena memang tidak ada praktik jual beli seraga di sekolah.

"Pihak sekolah tidak tahu menahu masalah seragam. Karena saat daftar ulang orangtua kami kumpulkan, kemudian saya informasikan bahwa sekolah tidak menyediakan seragam," kata dia.

Ia menambahkan, saat daftar ulang dilakukan pihaknya telah menyerahkan pengadaan seragam kepada orangtua murid. Tetapi, menurut Parjo saat itu terdapat satu di antara orangtua murid yang meminta agar ditunjuk koordinator.

"Orangtua kemudian ada yang usul 'mbok dikoordinir' (tolong ada koordinatornya)," ucapnya.

Adanya permintaan untuk ditunjuk koordinator, pihakya menyerahkan kepada orangtua siswa siapa yang nantinya akan jadi koordinator.

"Akhirnya dipilih tiga orang, untuk mengkoordinir seragam. Jadi semua di POT kita tidak tahu," tutup Parjo.

Baca juga: Didatangi ORI DIY karena Diduga Jual Seragam Sekolah, Kepsek SMKN 3 Kota Yogyakarta Bantah

Halaman:


Terkini Lainnya
Penyu Lekang Terdampar Lemas di Pantai Glagah, Satlinmas: Kurus, Berenangnya Tak Normal
Penyu Lekang Terdampar Lemas di Pantai Glagah, Satlinmas: Kurus, Berenangnya Tak Normal
Yogyakarta
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau