Salah satunya Palio, yang usianya sudah diatas 65 tahun. Palio hanya menggunakan penutup kepala dari kaos, untuk mengurangi debu yang masuk ke dalam hidung, dan rambutnya.
Sudah sejak tahun 2006 dirinya bergelut dengan debu dan batu. Akhirnya, beberapa tahun terakhir dirinya menyewa tobong gamping untuk digunakan sendiri.
Meski hampir setiap hari menghirup debu baik dari pembakaran maupun gamping, Palio mengaku pernafasannya tidak terganggu. Menggunakan jamu tradisional seperti sambiloto yang direbus agar tubuhnya tetap bugar.
"Saya menyewa tempat ini, tobong gamping ini berdiri sudah sejak lama," kata Palio.
"Sesak yang kadang, tetapi kalau lemes ya tidur saja. Sekarang hanya beberapa orang yang membantu karena sulit mencari pekerja," kata dia
Selama 10 hari dirinya mendapatkan keuntungan bersih sekitar Rp 500.000. Palio menerima pesanan dari berbagai kota seperti kota Yogyakarta. Dia mengaku tidak mengetahui digunakan untuk apa.
Baca juga: Polemik Penggantian Patung Penggendang di Gunungkidul, DPRD: Bupati Disurati tapi Tidak Ditanggapi
Adapun untuk gamping per karung seberat 25 kilogram dijual Rp 10.000. Sementara untuk yang masih ada batu 1 tonnya Rp 1.000.000.
Pemilik tobong gamping lainnya, Wardoyo mengatakan, miliknya sudah dikelola oleh beberapa generasi. Tobong gamping miliknya memang cukup besar dibandingkan dua tobong gamping di sekitarnya.
Meski ada gempuran batu giling, dirinya tetap mempertahankan tobong miliknya. Apalagi saat ini, lesunya permintaan, hingga paceklik regenerasi pekerja menjadi tantangan tersendiri.
"Kasihan tetangga, mereka perlu bekerja," kata Wardoyo.
Tobong gamping miliknya pernah ikut disurvei untuk dijadikan contoh replika di bundaran siyono, sebagai pengganti patung kendang. Hal inilah yang membuat dirinya semakin semangat untuk tetap mempertahankan.
Hari ini dari Aliansi Rakyat Gunungkidul (ARG) menggelar penolakan pembangunan tobong gamping. Puluhan orang membawa keranda ini melakukan aksi jalan kaki dari Pasar Pring, menuju ke alun-alun Kota Wonosari.
Mereka membawa tulisan penolakan terhadap penggantian ini.
"Ketika wakil rakyat sudah tidak didengarkan, ini merupakan aksi penolakan terhadap pendirian replika tobong gamping di bundaran Siyono," kata koordinator ARG Ervan Bambang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.