KULON PROGO, KOMPAS.com –Hari pertama Tahun Baru Islam, 1 Muharram atau disebut sebagai 1 Suro bagi masyarakat Jawa, menyedot warga ke obyek wisata Puncak Suroloyo, Pedukuhan Keceme, Kalurahan Gerbosari, Kapanewon Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Salah satu yang membuat mereka berbondong ke sana adalah prosesi tradisi jamasan atau memandikan pusaka milik Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta.
Pusaka milik Keraton berupa tombak Kyai Manggala Murti dan songsong Kyai Makuta Dewa tersimpan di sana.
Baca juga: Peringati Satu Suro, Ribuan Orang Kunjungi Alas Purwo Banyuwangi
Kedua barang dimandikan warga di Sendang Kawidodaren. Sendang ini satu komplek dengan Puncak Suroloyo, sekitar setengah kilometer jauhnya. Puncak Suroloyo sendiri berada sekitar 60 menit berkendara dengan roda dua dari Wates, ibukota Kulon Progo.
“Penyucian (berupa) jamasan pusaka yang dilaksanakan setiap 1 Suro sekali. Pusaka ini pemberian Sultan IX (Sri Sultan Hamengku Buwono IX),” kata Surakso Kemat, juru kunci Sendang Kawidodaren, Sabtu (30/7/2022).
Jamasan Pusaka merupakan tradisi warga sejak lama. Rutinitas membersihkan pusaka merupakan penghargaan dan penghormatan warga pada keraton.
Prosesinya berlangsung mulai pukul 10.00 WIB, Sabtu ini. Diawali dengan kirab kedua pusaka menuju sendang, kirab diikuti juru kunci, abdi dalem dan sesepuh warga setempat. Kirab juga membawa gunungan hasil bumi, seperti sayur mayur hingga kopi, hasil usaha masyarakat. Warga mengikutinya di belakang.
Baca juga: Peringati Satu Suro, Ribuan Orang Kunjungi Alas Purwo Banyuwangi
Sendang Kawidodaren jadi tempat memandikan tombak dan songsong itu. Sendang ini mata air abadi yang berada di bawah pohon beringin besar. Airnya bening dan sejuk.
Sendang telah ditata berupa kolam kecil dan berada dalam ruang sekitar 3x6 meter dengan dinding yang dibangun untuk melindungi lokasi itu.
“Pusaka dijamas di sendang merupakan pesan keraton. Dengan harapan untuk dijaga dan dirawat,” kata Kemat.