Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Kesederhanaan Buya Syafii, Wartakan Damai Saat Gereja Diserang hingga Dimakamkan di Kulon Progo

Kompas.com - 28/05/2022, 07:13 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia kembali kehilangan guru bangsa. Buya Syafii Maarif meninggal dunia Jumat (27/5/2022) pukul 10.15 WIB di usia 86 tahun karena serangan jantung.

Buya Syafii Maarif dikenal sebagai seorang yang sederhana. Foto-foto dirinya saat duduk menunggu kereta sempat menjadi perbincangan publik. Tak hanya foto, video Buya saat mengayuh sepeda juga banyak diperbincangkan.

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1998-2000 ini memilih untuk mengayuh sepeda sebagai alat transportasi sehari-hari.

Wakil Uskup Urusan Kategorial, Vikep Kategorial Keuskupan Agung Semarang Yohanes Dwi Harsanto memiliki kenangan sendiri dengan kayuhan sepeda Buya Syafii Maarif.

Baca juga: Cerita Ketua PP Muhammadiyah soal Buya Syafii Pesan Makam pada Februari

Dwi menceritakan, pada medio 2018 lalu Gereja St Lidwina Bedog Gamping diserang orang tak dikenal yang menyebabkan beberapa orang luka-luka.

Romo Paroki Gereja Katholik Kumetiran Yohanes Dwi Harsanto (kedua kanan) mendoakan almarhum BuyaAhmad Syafii Maarif saat prosesi penyemayaman di Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, Jumat (27/5/2022).  Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Tahun 1998-2005, BuyaAhmad Syafii Maarifwafat pada Jumat (27/5/2022) pukul 10.15 WIB di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) karena sakit.ANTARA FOTO/ANDREAS FITRI ATMOKO Romo Paroki Gereja Katholik Kumetiran Yohanes Dwi Harsanto (kedua kanan) mendoakan almarhum BuyaAhmad Syafii Maarif saat prosesi penyemayaman di Masjid Gede Kauman, Yogyakarta, Jumat (27/5/2022). Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Tahun 1998-2005, BuyaAhmad Syafii Maarifwafat pada Jumat (27/5/2022) pukul 10.15 WIB di RS PKU Muhammadiyah Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) karena sakit.
Tak hanya jemaat, pastor yang memimpin jalannya ibadah juga mengalami luka.

Saat itu Buya Syafii Maarif bergegas menuju Gereja ST Lidwina Bedog Gamping dengan menggunakan sepedanya.

"Ketika gereja kami diserang teroris di St Lidwina Bedog, itu beliau langsung naik sepeda dari rumahnya menuju gereja. Beliau pertama kali justru mendahului saya," katanya ditemui di Masjid Gedhe Kauman, Kota Yogyakarta, Jumat (27/8/2022).

Buya datang pertama kali menggunakan sepedanya dan langsung memberikan keterangan kepada awak media. Tujuannya satu, yakni menjaga kerukunan umat beragama.

"Ketika teman-teman wartawan datang di sana, beliau membuat konferensi pers," ucap dia.

Keputusan Buya datang dan langsung membuat keterangan pers, dinilai Dwi untuk menjaga keutuhan umat antar agama pada waktu itu.

Dia mengenal Buya Syafii sebagai tokoh yang menyuarakan perdamaian di manapun dan kapanpun.

"Saya merasa beliau ini bapak penuh perdamaian. Bapak yang damai dan mewartakan damai di mana pun. Damai yang berdasarkan keadilan dan martabat manusia," katanya.

Ketua Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) Gomar Gultom ketika melayat ke Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, tempat jenazah Buya Syafii Maarif disemayamkan, Jumat (27/5/2022).PGI for KOMPAS.com Ketua Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) Gomar Gultom ketika melayat ke Masjid Gedhe Kauman, Yogyakarta, tempat jenazah Buya Syafii Maarif disemayamkan, Jumat (27/5/2022).

Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja Indonesia Gomar Gultom adalah saksi lain kesederhanaan Buya Syafii Maarif semasa hidup.

Dia bercerita kesederhanaan Buya Syafii terwujud saat menghadiri undangan ke luar kota. Buya sering ke luar kota dengan menggunakan transportasi umum kereta api.

Sesampainya di lokasi undangan, Buya tidak pernah mau dijemput oleh tuan rumah. Buya selalu datang ke lokasi tanpa dijemput.

"Ke manapun kita undang, dia selalu naik kereta api, tidak butuh dijemput. Bahkan, dari Stasiun Kereta Api ke tempat acara berlangsung dia usahakan sendiri. Dia selalu bilang, saya bisa berjalan sendiri. Tidak usah dijemput," kata dia.

Baca juga: Kesederhanaan Buya Syafii Maarif, Menolak Disediakan Sopir hingga Pemakaman Tanpa Upacara Khusus

Saat dirawat di rumah sakit, Buya sempat mendapatkan tawaran untuk dirawat di rumah sakit yang memiliki fasilitas lebih dari RS PKU Muhammadiyah, tetapi dia menolak dan memilih dirawat di rumah sakit milik Muhammadiyah.

Bahkan sampai tutup usia, kesederhanaan tetap ditunjukkan oleh Buya Syafii Maarif.

Buya memiliki gelar Bintang Mahaputra Utama dan berhak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan di Kalibata, DKI Jakarta. Namun, Buya lebih memilih makam sederhana milik Muhammadiyah di Kulon Progo.

"Sebenarnya Buya Syafii pemegang Bintang Mahaputra Utama itu berhak dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata. Kalau itu mau dilakukan (memakamkan Buya di TMP Kalibata) kita mau memfasilitasi," ujar Menkopolhukam Mahfud MD.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPU Bantul Tetapkan 45 Nama Caleg Terpilih, Berikut Daftar Namanya

KPU Bantul Tetapkan 45 Nama Caleg Terpilih, Berikut Daftar Namanya

Yogyakarta
Pemkot Yogyakarta Terapkan Strategi Bermain Dakon untuk Antisipasi Penumpukan Sampah

Pemkot Yogyakarta Terapkan Strategi Bermain Dakon untuk Antisipasi Penumpukan Sampah

Yogyakarta
Mahasiswa yang Meninggal Usai Latihan Bela Diri Alami Luka di Usus, Diduga Akibat Tendangan

Mahasiswa yang Meninggal Usai Latihan Bela Diri Alami Luka di Usus, Diduga Akibat Tendangan

Yogyakarta
Rumah di Klaten Terbakar Saat Pemiliknya Shalat Jumat, Diduga Akibat Korsleting 'Charger' HP

Rumah di Klaten Terbakar Saat Pemiliknya Shalat Jumat, Diduga Akibat Korsleting "Charger" HP

Yogyakarta
Penjelasan BPS soal Nangka Muda Jadi Penyumbang Inflasi di Kota Yogyakarta

Penjelasan BPS soal Nangka Muda Jadi Penyumbang Inflasi di Kota Yogyakarta

Yogyakarta
UGM Telusuri Laporan Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah

UGM Telusuri Laporan Penerima KIP Kuliah Bergaya Hidup Mewah

Yogyakarta
Ditinggal Nonton Indonesia Vs Irak, Kandang Ternak di Gunung Kidul Hangus Terbakar

Ditinggal Nonton Indonesia Vs Irak, Kandang Ternak di Gunung Kidul Hangus Terbakar

Yogyakarta
Ini 45 Caleg Terpilih di Gunungkidul, Wajib Serahkan LHKPN Sebelum Dilantik

Ini 45 Caleg Terpilih di Gunungkidul, Wajib Serahkan LHKPN Sebelum Dilantik

Yogyakarta
YIA Jadi Satu-satunya Bandara Internasional di DIY-Jateng, Asita Minta Penerbangan Luar Negeri Ditambah

YIA Jadi Satu-satunya Bandara Internasional di DIY-Jateng, Asita Minta Penerbangan Luar Negeri Ditambah

Yogyakarta
Pengukuran Lahan Terdampak Pembangunan Tol Yogyakarta-YIA Mulai Dilakukan

Pengukuran Lahan Terdampak Pembangunan Tol Yogyakarta-YIA Mulai Dilakukan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Yogyakarta Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Pagi ini Cerah Berawan

Yogyakarta
Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Prakiraan Cuaca Solo Hari Ini Jumat 3 Mei 2024, dan Besok : Berawan Sepanjang Hari

Yogyakarta
Dikabarkan Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot di Partai Golkar, Singgih: Siapa yang Bilang?

Dikabarkan Ikut Penjaringan Bakal Cawalkot di Partai Golkar, Singgih: Siapa yang Bilang?

Yogyakarta
Jadwal KRL Solo-Jogja 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Klaten

Jadwal KRL Solo-Jogja 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Klaten

Yogyakarta
Jadwal KRL Solo-Jogja 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Solo Balapan dan Purwosari

Jadwal KRL Solo-Jogja 1-31 Mei 2024, Berangkat dari Stasiun Solo Balapan dan Purwosari

Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com