Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Hartini, Perempuan Penjaga Hutan Adat Wonosadi di Yogyakarta: Demi Mata Air, Bukan Air Mata

Kompas.com, 19 April 2022, 06:10 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Di era yang serba modern, Sri Hartini masih teguh memegang adat dan budaya. Meski nirupah, dia tak henti melestarikan Hutan Adat Wonosadi di Gunungkidul, Yogyakarta. Semua dilakukan demi kelestarian alam dan menjaga mata air dan bukan air mata yang mengalir. Hal itu ia lakukan seperti pesan mendiang ayahnya.

Cuaca di sekitar Hutan Adat Wonosadi cerah di pertengahan Maret itu.

Burung-burung berkicau dari balik rimbunnya pepohonan. Penduduk sekitar hutan yang mayoritas petani, sudah turun ke sawah. Mereka berjajar rapi, membungkuk dan berjalan mundur untuk menanam padi. Menandai, musim tanam padi sawah sudah mulai.

Baca juga: Serikat Pekerja Perhutani Minta Kebijakan Kawasan Hutan dengan Pengelolaan Khusus Dikaji Ulang

Tak jauh dari mereka, seorang perempuan paruh baya, duduk di teras rumah sembari mengenakan sepatu. Sri Hartini, namanya. Setelah sepatu terpasang, dia berdiri sambil memandangi birunya langit dan bergegas berangkat ke Hutan Adat Wonosadi yang jaraknya sekitar 300 meter dari rumahnya.

"Semoga tidak hujan. Kalau siang terkadang tiba-tiba mendung dan langsung hujan," ujarnya kepada wartawan Furqon Ulya Himawan yang melaporkan untuk BBC News Indonesia, Senin (14/03).

Sri, panggilan karibnya, sebenarnya tak muda lagi. Usianya sudah 53 tahun. Tapi dia tetap bersemangat masuk ke Hutan Adat Wonosadi untuk mengecek tanaman; membersihkan saluran air yang tersumbat daun; dan memastikan semuanya tetap terjaga kelestariannya.

Baca juga: BRIN Gunakan Teknologi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Kebakaran Hutan dan Lahan di Riau

Ini sudah menjadi aktivitas Sri saban hari dalam 10 tahun terakhir. Masuk-keluar hutan, menjalankan pesan almarhum bapaknya, Sudiyo, untuk menjaga kelestarian hutan dan memastikan sumber mata air tetap mengalir.

"Bapak menitipkan kata-kata yang menggugah hati saya. Jangan meninggalkan air mata kepada anak cucu, tapi tinggalkanlah mata air untuk anak cucu kita," ujar Sri, mengenang wasiat bapaknya yang meninggal pada 2011.

Semasa hidupnya, Sudiyo, ayah Sri adalah perintis pelestarian Hutan Adat Wonosadi yang nyaris gundul karena pembalakan liar pada 1965-1966. Kala itu, masyarakat yang mayoritas petani pun sering kekurangan air dan gagal panen.

Baca juga: 10 Manfaat Hutan Mangrove bagi Lingkungan dan Makhluk Hidup

Akhirnya bersama masyarakat lainnya, mereka bersepakat memulihkan hutan, dan membuat kelompok jagawana bernama Ngudi Lestari. Sudiyo menjadi ketuanya.

"Bapak saya yang merintis bagaimana menghijaukan Wonosadi kembali," kenang Sri.

Setiap Sudiyo ke hutan, Sri kecil selalu ikut. Dari situlah Sri belajar mengenal dan melestarikan alam, juga mempelajari seluk-beluk ekosistem Hutan Adat Wonosadi.

"Saya jadi tahu apa saja yang kelompok jagawana lakukan," ujarnya.

Usaha Sudiyo dan kelompok jagawananya sukses, Hutan Adat Wonosadi kembali hijau dan sumber airnya terus mengalir.

Sri kecil yang dulu sering ikut ke hutan, sekarang menjadi penerus ketua jagawana, menggantikan bapaknya yang telah meninggal dunia.

Baca juga: Demo Mahasiswa di Sorong, Tolak Jabatan Presiden 3 Periode hingga Kelestarian Hutan Papua

Halaman:


Terkini Lainnya
Penyu Lekang Terdampar Lemas di Pantai Glagah, Satlinmas: Kurus, Berenangnya Tak Normal
Penyu Lekang Terdampar Lemas di Pantai Glagah, Satlinmas: Kurus, Berenangnya Tak Normal
Yogyakarta
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau