Sejak menggantikan ayahnya menjadi ketua jagawana Hutan Adat Wonosadi, Sri Hartini tak pernah menerima honor atau upah kerja sebagai ketua jagawana.
Padahal, kerjanya sebagai ketua jagawana tidaklah mudah. Butuh banyak energi untuk terus menghijaukan hutan dan menjaga mata air tetap mengalir.
"Selama saya menjadi ketua jagawana Hutan Adat Wonosadi, tidak ada gajinya," ujar Sri.
Ibu dua anak ini, hanya mendapat keringanan dari pemerintah tidak perlu membayar kalau mengurus surat di desa atau tidak ditarik iuran saat acara peringatan kemerdekaan. "Itu kami sudah senang sekali," ujarnya sambil tersenyum.
Sri baru mendapat upah ketika ada acara pembinaan dari dinas pemerintahan, atau ketika ada penanaman. "Itu ada upah untuk mencangkul," ujar Sri. "Tapi itu programnya tidak pasti ada," imbuhnya.
Lurah Beji, Sri Idhyanti, mengakui memang belum bisa memberikan honor bagi jagawana, terutama Sri Hartini. Menurutnya, di masa sebelum pandemi, ada insentif bagi jagawana, namun ketika pandemi, insentif terpaksa dihentikan karena ada perubahan kebijakan anggaran.
"Kalau dulu ada insentif, tapi sekarang berkurang karena kondisi pengelolaan dana desa yang sekarang terpapar pandemi, ada kegiatan wajib yang harus kami laksanakan," kata Sri Idhayanti.
Baca juga: Kisah Sri Hartini, Kartini Penjaga Hutan Adat yang Pegang Teguh Pesan Ayah
Raditia Nugraha dari DLHK Yogyakarta pun mengatakan hal yang sama, tidak ada honor bagi jagawana. Namun Raditia mengaku pemerintah DIY telah memberikan pembinaan dan bimbingan teknis untuk pengelolaan hutan.
Raditia berharap, masyarakat bisa mendapatkan upah dari apa yang mereka jaga. Misalnya, ada pengembangan sistem pengelolaan Hutan Adat Wonosadi.
"Kalau langsung bulanan, belum ada. Mungkin akan kami tinjau lagi," katanya.
Dia menyarankan pemerintah Desa Beji membuat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kelurahan (RPJMKal), lalu memasukkan urusan kehutanan dan lingkungan hidup. Dengan begitu, pemerintah bisa memfasilitasi kebutuhan desa.
Namun Sri memang tak pernah mempersoalkan masalah honor.
Baca juga: Hutan Adat Papua Habis Diganti Lahan Sawit, AMAN Singgung RUU 10 Tahun Belum Disahkan
"Kalau ada, ya disyukuri. Kalau tidak ada, ya niat kita dari dulu bekerja tanpa pamrih," katanya.
Meski tak berupah, berbekal niat baik menjalankan wasiat bapaknya untuk mewariskan mata air kepada anak cucu, Sri masih tetap semangat menjadi ketua jagawana. Dia pun berharap, anak cucunya punya pemikiran yang sama.
"Mendapatkan uang banyak belum tentu pikiran kita bisa tenang. Tapi dengan rezeki sedikit, malah justru bisa membuat pikiran kita tenang," ujarnya.
Baca juga: Bangun IKN, Pemerintah Diminta Petakan Tata Ruang Hutan Adat
Semangat Sri menjaga Hutan Adat Wonosadi memang terus menyala, tapi Sri menyadari usianya tak lagi muda.
Dia juga tahu, mencari generasi muda yang mau menjadi jagawana juga tak mudah. Kebanyakan pemuda yang lulus sekolah, merantau ke kota. Terlebih ada tuntutan ekonomi dalam hidup.
"Saya tidak berani memaksakan. Mencari seorang yang sadar untuk mencintai alam semesta itu masih sulit," ujarnya.
Sambil menuruni tangga hutan, Sri berharap ada generasi muda yang mau melanjutkan melestarikan hutan seperti dia. Sri mengajak generasi muda untuk mau mencintai alam beserta budayanya, agar tercipta harmonisasi kehidupan yang berkesinambungan.
Baca juga: Wisata di Hutan Enau Flores Barat NTT, Belajar Manfaat Aren
Bagi Sri, ketika alam terjaga, maka lingkungan terjaga. Rasanya sejuk, enak, nyaman, dan menentramkan, sebut dia.
"Marilah kita mencintai alam seperti mencintai diri kita sendiri," ajak Sri dan dia optimistis alam semesta akan mendukung segala niat baik manusia, mestakung.
Sesaat Sri terdiam. Tangannya meraih rinding gumbeng di sampingnya, menempelkannya ke bibir dan tangan kanannya langsung menarik benang. Seketika mengalun suara beung-bieng... beung-bieng... beung-beung-bieng... beung-beung-bieng...
*Wartawan di Yogyakarta, Jawa Tengah, Furqon Ulya Himawan berkontribusi untuk laporan ini
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.