Dikutip dari pemberitaan Kompas.com, sebelum erupsi terjadi, Mbah Maridjan masih beraktivitas seperti biasa meski Merapi berstatus awas.
Ia tetap tinggal di Dusun Kinahrejo, pemukiman tertinggi yang paling dekat dengan puncak Merapi.
Pada 26 Oktober 2010 sekitar pukul 17.58 WIB terjadi erupsi yang diikuti sirene panjang yang memicu kepanikan warga.
Baca juga: Update Gunung Merapi: 11 Kali Awan Panas Guguran dalam 6 Jam, Picu Hujan Abu, 253 Jiwa Mengungsi
Pada pukul 17.20, bercengkerama dengan menantu dan kerabatnya, Mereka terdiam setelah mendenger gemuruh panjang dari Merapi.
Mbah Maridjan pun pamit ke masjid yang berada di dekat rumahnya. Ia menolak dievakuasi dan tetap berada di masjid bersama satu anak lelakinya.
Sementara, cucu-cucu, menantu, dan kerabatnya dijemput kendaraan untuk mengungsi.
Semburan abu vulkanik dan kerikil terjadi menyusul erupsi eksplosif Gunung Merapi, Selasa (26/10) pukul 18.10 WIB.
Baca juga: Gunung Merapi Erupsi, Keluarkan Awan Panas Guguran dengan Jarak Luncur Sejauh 5 Kilometer
Ada dua orang perempuan yang keluar dari mobil dan menyusul Mbah Maridjan.
Semnemtara itu dua pendaki terlihat memindahkan motornya ke sebuah rumah di sebelah bawah rumah Mbah Maridjan.
Saat letusan 2006, tempat itu pernah menjadi melindungi beberapa orang dari letusan.
Sementara itu, semua rombongan baik dari PLN maupun tim SAR telah meninggalkan lokasi tersebut, setelah sirine berbunyi.
Raungan sirine itu menjadi tanda perpisahan para rombongan dengan Mbah Maridjan.
Baca juga: Terdengar Suara Gemuruh di Langit Sleman, Bukan Berasal dari Fenomena Alam Maupun Merapi
Mbah Maridjan ditemukan meninggal dalam kondisi bersujud dengan memakai baju batik dan kain sarung.
Ia dimakamkan bersama korban letusan lainnya di Dusun Sidorejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Ahmad Naufal Dzulfaroh, Rosy Dewi Arianti Saptoyo | Editor : Inggried Dwi Wedhaswary, Sari Hardiyanto)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.