YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Rencana relokasi Pedagang Kaki Lima (PKl) di kawasan Malioboro tidak hanya bersampak pada PKL saja. Tetapi juga berdampak kepada profesi lain.
Di kawasan Malioboro sendiri, selain terdapat PKL juga ada pekerjaan berupa pendorong gerobak. Mereka bertugas mendorong gerobak dari gudang menuju tempat PKL berjualan.
Mereka mendorong dari saat PKL akan buka dan membantu para pedagang mendorong saat telah ketika lapak berjualan tutup.
Baca juga: PKL Malioboro Tagih Janji Wali Kota Yogyakarta untuk Tak Gusur Mereka
Kurang lebih terdapat 70 warga yang bergantung hidupnya sebagai pendorong gerobak di Kawasan Malioboro. Tiap harinya para pendorong ini bisa mendorong gerobak puluhan gerobak.
Salah satu pendorong gerobak, Suwarno (37) mengaku dirinya dan para pendorong lain tidak pernah dilibatkan dalam rencana relokasi PKL Malioboro.
Ia bersama rekan-rekan pendorong gerobak khawatir jika relokasi PKL benar-benar dilakukan dia bersama pendorong gerobak akan kehilangan mata pencahariannya.
"Kerjanya dorong gerobak. Kalau sudah siap gerobak dibawa ke Malioboro. Kalau sudah selesai dibawa ke gudang. Ada gudangnya selama ini di sekitar Pajeksan, di Dagen ada, di Sosrowijayan ada," katanya.
"Dengan pindah (PKL), otomatis nggak kerja karena di sana permanen," kata dia.
Sekali mendorong gerobak ia mendapatkan upah sebesar Rp 10 ribu, dalam sehari Suwarno mendorong gerobak sebanyak 40 kali bersama dua rekannya.
Baca juga: PKL Malioboro Mengadu ke DPRD Yogyakarta, Menuntut Pembentukan Pansus Relokasi
"Sehari bisa Rp 400 ribu, pekerjaan lain nggak ada. Kemarin daftar ojek online tidak diterima-terima," katanya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.