Dalam tulisannya "Dari Jalan Kerajaan Menjadi Jalan Pertokoan Kolonial: Malioboro 1756-1941", Siti Mahmudah Nur Fauziah mengatakan Jalan Malioboro diperkirakan telah ada sebelum Keraton Yogyakarta terbentuk pada 7 Oktober 1756.
Jalan yang membentang dari utara ke selatan ini menjadi penghubung menuju Pesanggarahan Gerjitawati atau disebut juga Ayogya/Ayodhya.
Kini, tempat tersebut diperkirakan menjadi lokasi istana Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Jalan tersebut kerap dilalui oleh rombongan Kerajaan Mataram Islam dari Kartasura yang membawa jenazah raja atau keluarga kerajaan.
Sebelum dimakamkan di kompleks permakaman Imogiri, mereka akan singgah dulu di Pesanggarahan Gerjitawati.
Baca juga: Kembalikan Citra Wisata Malioboro, Warga Yogyakarta Bagi-bagi 100 Porsi Pecel Lele
Sebagai penghubung garis filosofis Panggung Krapayak-Keraton-Tugu Golong Gilig (Tugu Pal Putih), Malioboro menyimpan makna mendalam, yakni sangkan paraning dumadi atau asal dan tujuan hidup.
Siti yang mengutip "Buku Profil Yogyakarta 'City of Philosophy'" karya Umar Priyono dkk., menuliskan bahwa dari Panggung Krapayak menuju Keraton Yogyakarta dimaknai sebagai perjalanan manusia, mulai dari kandungan, lahir, beranjak dewasa, menikah, sampai memiliki anak (sangkaning dumadi).
“Sedangkan dari Tugu Golong Gilig ke arah selatan menggambarkan perjalanan manusia ketika hendak menghadap Sang Khalik (paraning dumadi), meninggalkan alam fana (dunia) menuju alam baka (akhirat),” kutipnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.