Sejarawan Inggris, Peter Carey, dalam bukunya "Asal Usul Nama Yogyakarta-Malioboro", mengutip pernyataan Tichelaar yang menerangkan bahwa penamaan Malioboro diperkirakan berkaitan dengan bahasa Sanskerta, yakni "malya" yang berati "untaian bunga".
Adapun "dihiasi untaian bunga" disebut dengan "mâlyabhara". Ini berkaitan dengan konsep seremoni.
Carey menyebut jalan tersebut sebagai “rajamarga” atau jalan kerajaan atau jalan raya seremonial. Malioboro yang membentang lurus dan membelah kota digunakan sebagai tempat masuknya para tamu, seperti gubernur jenderal dan pejabat tinggi sipil dan militer Eropa yang berkunjung ke Keraton.
“Pada kesempatan ini, peran Jalan Malioboro sebagai jalan raya prosesi ditekankan melalui pendirian “lengkungan kemenangan”, melalui kehadiran dua barisan prajurit Jawa bersenjata tombak yang berdiri berbaris di sepanjang keseluruhan rute, dan oleh orkestra Jawa (gamelan) yang dimainkan pada saat para pembesar Eropa mendekat,” tutur Carey.
Ia menuturkan setelah Indonesia meraih kemerdekaan, Jalan Malioboro kadang kala digunakan untuk parade seremonial.