YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Gubernur DI Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X merespons bertumpuknya sampah di daerah imbas penutupan sementara TPA Piyungan.
Sebelumnya, tempat pengolahan sampah akhir itu ditutup sementara per 23 Juli hingga 5 September 2023 karena melebihi kapasitas.
Dampaknya, masyarakat pun kebingungan dan sebagian di antaranya memilih membuang sampah sembarangan di pinggir jalan hingga sungai.
Baca juga: Warga Tolak TKD di Cangkringan untuk TPS, Sultan: Hanya Satu Bulan
Sultan mengungkapkan, sebenarnya pemerintah kabupaten/kota sudah diberi tahu mengenai kondisi darurat TPA Piyungan.
Namun dalam pandangannya, tidak ada langkah nyata dari daerah. Sehingga penanganan sampah ini tidak pernah selesai.
"Kabupaten juga kita minta mengurangi beban di Piyungan. Tapi paling enak ya ngangkut gowo ning (ngangkut bawa sampah ke) Piyungan. Enggak pernah tumbuh (kesadaran) gitu loh. Nah setelah kita hentikan (tutup TPA Piyungan) lha gerobyakan (gaduh), biarin aja nggak papa," ujar Sultan di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Selasa (26/7/2023).
Penguasa Keraton Yogyakarta tersebut berucap, upaya pengendalian sampah seharusnya dimulai dari hulu atau rumah tangga.
Jika sampah dari hulu masih tidak bisa diolah, barulah dibuang ke tempat pembuangan akhir.
Menurutnya, langkah itu efektif mengurangi beban TPA Piyungan, yang jadi tumpuan tiga daerah, yakni Sleman, Bantul, dan Kota Yogyakarta.
Baca juga: Depo Sampah di Kota Yogyakarta Mulai Dibuka, Warga Diminta Tidak Buang ke Sungai
"Ya paling enak ya waton ngumpulke (asal mengumpulkan) terus diguang (dibuang). Sekarang mereka akhirnya harus memilah dan sebagainya. Kenapa enggak dari kemarin kemarin. Kalau enggak dipaksa nggak mau juga. Biarin aja biar pengalaman," jelas Sultan.
Sultan Hamengku Buwono X mengatakan, pemerintah daerah sudah meminta izin kepadanya supaya memanfaatkan tanah kas desa sebagai tempat pembuangan sementara.
Hanya saja, Sinuhun enggan merinci daerah mana saja yang nantinya akan dijadikan sebagai tempat pengolahan sementara.
"Mestinya kan dari dulu aktivitas-aktivitas di rumah tangga itu (sampah diolah) sendiri dan kalau nggak gitu akhirnya kabupaten kota minta tanah desa untuk tempat sampah," jelas Sultan.
Baca juga: Ditolak Warga, Rencana Karanggeneng Sleman Diubah Jadi Tempat Pembuangan Sampah Sementara Batal
"Ya sekarang saya menandatangani izin. Meminta untuk tempat pembuangan, mereka (kabupaten/kota) akan memilahkan," sambung Sultan.
Sultan melanjutkan, upaya pengendalian di tingkat hulu harus dilakukan. Sebab, dia menyebut DIY baru punya teknologi pemrosesan pada 2025-2026 mendatang.
Artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Penutupan TPA Piyungan, Sri Sultan HB X: Nggak Pernah Muncul Kesadaran, Setelah Ditutup Gerobyakan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.