Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Semangat 7.400 Penari Hidupkan Legenda Sugriwa Subali, Pecahkan Rekor Tari Massal

Kompas.com, 15 Oktober 2025, 19:48 WIB
Dani Julius Zebua,
Krisiandi

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com – Ribuan tubuh bergerak serempak di lapangan Alun-Alun Wates di Kapanewon Wates,  Kabupaten  Kulon  Progo,  Daerah  Istimewa  Yogyakarta. Mereka melompat-lompat, berputar-putar, menghentak tanah, selaras dengan hentakan gamelan.

Ketika itu, awan sedang menutup langit pada hari siang yang mengarah ke sore.

Mereka sebanyak 7.400 orang menari dengan gerakan-gerakan wanara atau orang berekor monyet seperti dalam sendratari Sugriwa Subali. 

Tarian itu menciptakan momen sejarah yang tak hanya menarik secara visual, tapi juga emosional.

Tak sekadar sebuah pertunjukan, tarian kolosal ini resmi tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai "Tari Sugriwa Subali dengan Peserta Terbanyak", yang diperagakan pada Rabu (15/10/2025), pada puncak Hari Jadi ke-74 Kabupaten Kulon Progo.

Baca juga: 20.000 Warga Jateng Tanam 1,9 Juta Mangrove, Pecahkan Rekor Muri di Kendal

“Kami mengumumkan dan mengesahkan penari terbanyak Wanara Sugriwa Subali Subari, 7.400 peserta resmi tercatat di Museum Rekor Dunia Indonesia,” kata Sri Widayati, perwakilan MURI.

Sri Widayati juga berharap bahwa tari ini tak hanya berhenti di catatan rekor. Karya dan budaya seperti ini merupakan warisan yang terus hidup dan mesti lestari lewat diturunkan ke generasi berikutnya.

Ia sekaligus menegaskan bahwa rekor ini menjadi catatan penting dalam pelestarian seni budaya di Nusantara.

Angkat cerita klasik epos Ramayana

Sebanyak 7.400 pelajar menari tarian wanara Sugriwa Subali di Alun-alun Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Diikuti ribuan peserta membuat MURI menyematkan predikat penari wanara Sugriwa Subali terbanyak.KOMPAS.COM/DANI JULIUS Sebanyak 7.400 pelajar menari tarian wanara Sugriwa Subali di Alun-alun Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Diikuti ribuan peserta membuat MURI menyematkan predikat penari wanara Sugriwa Subali terbanyak.
Sendratari Sugriwa Subali mengangkat cerita klasik dari epos Ramayana, tentang perselisihan dua saudara kera—Sugriwa dan Subali—dalam perebutan kekuasaan dan upaya menyelamatkan Dewi Tara yang ditawan Mahesasura dan Lembusura. 

Sendratari ini identik dengan pertunjukkan di obyek wisata Kulon Progo, seperti di Goa Kiskenda dan obyek wisata Laguna Pantai Glagah. 

Baca juga: 46.000 Penerima MBG di Kulon Progo Sudah Terlayani, Sekda: Tapi Distribusi Belum Merata

Kali ini penggalan aksi menari para wanara diperagakan dalam bentuk flash mob, bukan pentas sendratari utuh.

Menurut Bupati Kulon Progo, Agung Setyawan, ini bagian dari upaya pemerintah untuk terus menghidupkan budaya kebanggaan Kulon Progo.


"(Tarian Sugriwa Subali dipilih) karena yang asli Kulon Progo dan tidak usah diperdebatkan," kata Agung usai mengikuti upacara HUT Ke-74 Kabupaten Kulon Progo. Tari kolosal menjadi penutup upacara HUT tersebut.

Tari massal ini bukan hanya menjadi ajang pertunjukan, tapi juga sarana pelestarian seni tradisi yang mulai jarang ditampilkan.

Baca juga: Musim Hujan Mundur, Warga Perbukitan Kulon Progo Sulit Air Bersih

Harapannya, menurut  Agung, sendratari ini bisa terus dikembangkan dan diperkenalkan secara nasional, bahkan global.

Halaman:


Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau