KULON PROGO, KOMPAS.com – Ribuan tubuh bergerak serempak di lapangan Alun-Alun Wates di Kapanewon Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Mereka melompat-lompat, berputar-putar, menghentak tanah, selaras dengan hentakan gamelan.
Ketika itu, awan sedang menutup langit pada hari siang yang mengarah ke sore.
Mereka sebanyak 7.400 orang menari dengan gerakan-gerakan wanara atau orang berekor monyet seperti dalam sendratari Sugriwa Subali.
Tarian itu menciptakan momen sejarah yang tak hanya menarik secara visual, tapi juga emosional.
Tak sekadar sebuah pertunjukan, tarian kolosal ini resmi tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai "Tari Sugriwa Subali dengan Peserta Terbanyak", yang diperagakan pada Rabu (15/10/2025), pada puncak Hari Jadi ke-74 Kabupaten Kulon Progo.
Baca juga: 20.000 Warga Jateng Tanam 1,9 Juta Mangrove, Pecahkan Rekor Muri di Kendal
“Kami mengumumkan dan mengesahkan penari terbanyak Wanara Sugriwa Subali Subari, 7.400 peserta resmi tercatat di Museum Rekor Dunia Indonesia,” kata Sri Widayati, perwakilan MURI.
Sri Widayati juga berharap bahwa tari ini tak hanya berhenti di catatan rekor. Karya dan budaya seperti ini merupakan warisan yang terus hidup dan mesti lestari lewat diturunkan ke generasi berikutnya.
Ia sekaligus menegaskan bahwa rekor ini menjadi catatan penting dalam pelestarian seni budaya di Nusantara.
Sebanyak 7.400 pelajar menari tarian wanara Sugriwa Subali di Alun-alun Wates, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Diikuti ribuan peserta membuat MURI menyematkan predikat penari wanara Sugriwa Subali terbanyak.Sendratari ini identik dengan pertunjukkan di obyek wisata Kulon Progo, seperti di Goa Kiskenda dan obyek wisata Laguna Pantai Glagah.
Baca juga: 46.000 Penerima MBG di Kulon Progo Sudah Terlayani, Sekda: Tapi Distribusi Belum Merata
Kali ini penggalan aksi menari para wanara diperagakan dalam bentuk flash mob, bukan pentas sendratari utuh.
Menurut Bupati Kulon Progo, Agung Setyawan, ini bagian dari upaya pemerintah untuk terus menghidupkan budaya kebanggaan Kulon Progo.
"(Tarian Sugriwa Subali dipilih) karena yang asli Kulon Progo dan tidak usah diperdebatkan," kata Agung usai mengikuti upacara HUT Ke-74 Kabupaten Kulon Progo. Tari kolosal menjadi penutup upacara HUT tersebut.
Tari massal ini bukan hanya menjadi ajang pertunjukan, tapi juga sarana pelestarian seni tradisi yang mulai jarang ditampilkan.
Baca juga: Musim Hujan Mundur, Warga Perbukitan Kulon Progo Sulit Air Bersih
Harapannya, menurut Agung, sendratari ini bisa terus dikembangkan dan diperkenalkan secara nasional, bahkan global.