YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Nelayan di Gunungkidul, DI Yogyakarta, mengeluhkan tentang minimnya pasokan es balok. Hal inj menyebabkan menurunnya harga ikan, karena cepat busuk.
Informasi soal minimnya es tersebut pertama kali diunggah oleh akun media sosial waki bupati Gunungkidul Heri Susanto.
Baca juga: Kapal Nelayan Terbalik di Perairan Komodo Akibat Gelombang Tinggi, 4 Nelayan Selamat
Dalam unggahanya, Heri menunjukkan tiga foto. Di antaranya saat di dalam ruangan pendingin, ikan beku, dan ketika berbicara dengan nelayan di Pelabuhan Sadeng.
Dalam keterangan foto tersebut, Heri mengaku mendapatkan keluhan dari perwakilan nelayan Pantai Sadeng soal tidak tersedianya es balok. Biasanya es balik didatangkan dari Pacitan, Jawa Timur.
Akibatnya, es balok sering terlambat datang sehingga ikan membusuk. Akhirnya nelayan merugi, karena ketika ikan mulai membusuk dihargai Rp 2000 per kg.
"Semoga kedepan Pantai Sadeng dapat menyediakan es balok/cold storage sendiri untuk kebutuhan nelayan yang rata-rata menghasilkan 70 ton per-hari," tulis Heri.
Hal tersebut dibenarkan olehe Ktua Kelompok Nelayan Pantai Sadeng, Sarpan. Menurutnya, nelayan sering mendatangkan es balok dari wilayah Pacitan, Jawa Timur.
Setiap hari mendatangkan hingga 200 balok es di satu truk. Per balok dengan berat 60 kg harganya Rp 22.000.
Namun saat dibawa, terjadi penyusutan karena jarak dapat mencapai 10 kg per balok. Es balok digunakan nelayan untuk mengawetkan ikan yang ditangkap di tengah laut.
Nelayan Pantai Sadeng menggunakan kapal dengan ukuran di atas 5 GT, sehingga bisa mencari ikan hingga beberapa hari. Untuk mengawetkan ikan membutuhkan es balok.
"Jaraknya yang jauh membuat es itu mencair," kata Sarpan saat dihubungi melalui telepon.
Baca juga: Menilik Kampung Mangoet, Sentra Pengasapan Ikan Terbesar di Kota Semarang
Minimnya pasokan es batu membuat harga ikan tuna dan cakalang anjlok. Jika sampai pelabuhan membusuk maka harga ikan tuna turun dari Rp 25.000 per kg menjadi Rp 4.000-6.000 per kg.
Hal serupa juga terjadi pada harga ikan cakalang yang turun dari Rp 20.000 per kg menjadi Rp 4.000-6.000 per kg.
Dikatakannya, ada 25 ton ikan baik jenis tuna maupun cakalang yang mulai membusuk di ruang pendingin atau cold storage Pelabuhan Pantai Sadeng. Ikan yang mulai membusuk ini dibeli pengepul dari luar Gunungkidul.
"Insang ikan mulai putih dan lemas, jadi harganya murah," kata dia.
Sarpan berharap ada pabrik es besar di wilayah selatan DIY sehingga mampu mencukupi kebutuhan para nelayan.
"Semoga ada pabrik es yang besar di DIY untuk mencukupi kebutuhan wilayah selatan," kata dia.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HSNI) Gunungkidul, Rujimanto mengakui kurangnya pasokan es batu tersebut. Jika mulai panen, nelayan kerap kesulitan mendapatkan es batu.
Baca juga: Abrasi Pantai di Batu Karas Pangandaran Makin Parah, Nelayan Tak Lagi Bisa Bersandar
"Kalau pas panen ikan , es balok tidak mencukupi," kata dia.
Kepala Bidang Perikanan Tangkap DKP Gunungkidul, Wahid Supriyadi mengatakan, Pemkab Gunungkidul memiliki pabrik es yang ada di Kalurahan Siraman, Wonosari yang dari dana alokasi khusus (DAK) Kementerian Kelautan dan Perikanan (DKP) tahun 2009. Namun itu belum bisa mencukupi kebutuhan es batu para nelayan.
Wahid mengatakan pihaknya berupaya memperbaiki dan mengupayakan pengadaan mesik produksi es batu yang diusulkan melalui dana keistimewaan.
"Semoga bisa terealisasi pada tahun 2025 mendatang, harapannya kapasitas produksi es dapat bertambah.," kata Wahid.
Adapun untuk gudang pendingin merupakan fasilitas di Pelabuhan Perikanan Pantai Sadeng yang berada di bawah pengelolaan DKP DIY.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.