KOMPAS.com - Jika Yogyakarta memiliki Jalan Malioboro yang istimewa, Solo memiliki Jalan Supit Urang yang tidak kalah unik.
Jalan Supit Urang adalah sebuah ruas jalan di Solo yang mirip sebuah lorong karena diapit oleh tembok-tembok besar Keraton Kasunanan Surakarta.
Baca juga: Brambang Asem, Kuliner Khas Solo dengan Rasa Asam Pedas
Warga Solo dan wisatawan akan melewati lorong ini ketika akan lewat atau berkunjung ke Keraton Kasunanan Surakarta.
Sebagai akses masuk dan keluar dari area Keraton Kasunanan Surakarta, Jalan Supit Urang ternyata bukan merupakan akses jalan biasa.
Baca juga: 17 Jenang Khas Solo dan Maknanya, Apa Makna Jenang Sumsum?
Wisatawan lokal maupun mancanegara yang tertarik dengan keunikan ini biasanya akan menyempatkan diri untuk berjalan kaki menyusuri lorong sambil mengambil foto.
Meski harus berhati-hati karena kendaraan yang melintas cukup padat, namun suasana di Jalan Supit Urang memang memiliki daya tarik tersendiri.
Baca juga: Mengenal Abdi Dalem Keraton Kasunanan Surakarta
Dilansir dari laman TribunSolo.com, anggota Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kota Solo, KGPH Dipokusumo menyebut bahwa nama Supit Urang memiliki arti tersendiri yang terkait dengan sejarahnya.
"Supit artinya jepit (penjepit,-Red), urang adalah udang, dapat disebut juga makanan," kata Dipo kepada TribunSolo.com pada Kamis (20/7/2017).
Dipo lantas menjelaskan bahwa menurut sejarah, kawasan tersebut dibangun dengan makna dan filosofi tersendiri.
"Supit Urang merupakan bangunan yang kental dengan strategi perang, lengkapnya ada pada komposisi perang Baratayuda dalam kisah Mahabarata," ucap Dipo yang juga adik Raja Keraton Solo, Paku Buwono XIII.
Lebih lanjut, Dipo juga menyebut bahwa supit digambarkan sebagai lorong jebakan atau penipu musuh yang digunakan pada masa lalu.
Saat rombongan musuh masuk ke dalam lorong, maka jembatan yang dahulu pernah ada di bagian barat dan timur Supit Urang akan ditutup.
Hal ini membuat musuh tidak akan bisa kemana-mana kecuali menaiki tembok keraton, walaupun apabila berhasil melompati tembok itu mereka juga tidak akan selamat.
Pasalnya di balik tembok tersebut sudah berjajar pasukan prajurit keraton yang bersiap untuk membinasakan musuh-musuh.
"Nah urang (udang) itu makanan, musuh seperti santapan prajurit saat perang," ujarnya.