Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa PTS di Sleman Meninggal Usai Latihan Bela Diri, Ini Penjelasan Pihak Kampus

Kompas.com, 6 Mei 2024, 14:56 WIB
Wijaya Kusuma,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Seorang mahasiswa yang meninggal setelah mengeluh sakit usai latihan bela diri diketahui kuliah di Institut Pertanian Stiper (Instiper) Yogyakarta.

Korban sempat dirawat di rumah sakit sebelum akhirnya meninggal dunia pada Rabu (1/5/2024).

Pihak Institut Pertanian Stiper Yogyakarta membenarkan jika korban IKK, merupakan mahasiswa jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian. 

"(Korban IKK) angkatan pertama ini semester kedua, 2023-2024, baru masuk. Dari Siak, Riau," ujar Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni Instiper Yogyakarta, Adi Ruswanto, Senin (6/5/2024). 

Baca juga: Mahasiswi di Yogyakarta Tewas Diduga akibat Gantung Diri, Polisi Temukan Sepucuk Surat

Adi menyampaikan, korban memang ikut dalam suatu unit kegiatan mahasiswa (UKM). Namun bukan UKM bela diri. 

Kegiatan beladiri yang diikuti oleh korban bukanlah kegiatan internal kampus ataupun Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). 

"Pencak silatnya di luar formal Instiper. Sedangkan yang bersangkutan (korban) menggeluti namanya UKMI, Unit Kegiatan Mahasiswa Islam, nah itu kok latihannya pencak silat, ternyata dia mengikuti pencak silat yang di luar formal Instiper," tuturnya. 

Baca juga: Saat Penjual Siomay di Semarang Curi 675 Celana Dalam...


Baca juga: Demo Hardiknas di Makassar Nyaris Ricuh, Sesama Mahasiswa Saling Kejar Dipicu Geber Motor

Belum izin kampus

Menurut Adi, selama menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni, kegiatan bela diri tersebut belum pernah izin ke kampus.

Namun, dari informasi yang diterimanya, dahulu pernah mengajukan untuk menjadi kegiatan formal di Instiper Yogyakarta. 

"Tidak pernah izin ke kampus, selama saya jadi Warek tidak pernah dimintai izin ke kampus karena itu kan kegiatan nonformal. Tapi dulu-dulu katanya pernah minta diformalkan, tapi tidak diperkenankan, dulu pernah minta izin diformalkan latihan di kampus," bebernya. 

Baca juga: Peringati May Day, Buruh dan Mahasiswa Padati Jalanan Makassar

Terkait dengan pelaku yang menyerahkan diri ke polisi, Andi mengaku masih akan memastikan apakah statusnya mahasiswa Instiper dengan menyambangi Polresta Sleman.

Adi pun menegaskan mendukung proses hukum yang berjalan. Selain itu juga siap membantu pihak kepolisian dalam mengusut kasus tersebut dengan tuntas. 

"Kita dukung langkah hukumnya apa pun yang dibutuhkan kita siap support membantu," ucapnya. 

Baca juga: Antisipasi Konvoi Kelulusan, Polres Bantul Siagakan Ratusan Personel, Tindakan Tegas Disiapkan

Kronologi kejadian

Sebagai langkah pencegahan dan agar kejadian serupa tidak terulang, pihaknya mengaku akan melakukan pemantauan kegiatan kemahasiswaan secara rutin dan detail.

Kegiatan mahasiswa di kampus, dibatasi hingga pukul 21.30 WIB. 

"Kegiatan di kampus itu maksimal 21.30 atau jam 10 (malam). Saya tegaskan lagi seperti itu. Koordinasi dengan semua pihak termasuk keamanan supaya, kalau ada kegiatan yang emang di luar jam 10 (malam) harus diingatkan, maaf ya dibubarkan," pungkasnya. 

Baca juga: Polemik UKT di UGM dan Pentingnya Mengawal Kebijakan...

Diberitakan sebelumnya, seorang mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta  meninggal dunia di rumah sakit pada Rabu (1/5/2024).

Mahasiswa ini dirawat setelah mengengeluhkan sakit usai sparing atau latih tanding dalam kegiatan latihan bela diri

Kapolresta Sleman Kombes Yuswanto Ardi mengatakan, korban meninggal dunia inisial IKK. Korban merupakan mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Sleman. 

"Meninggal tadi pagi, iya di rumah sakit," ujar Kapolresta Sleman Kombes Yuswanto Ardi saat dihubungi, Rabu (1/5/2024). 

Baca juga: Ramai soal Pembatalan Diskon UKT bagi Mahasiswa PTKIN, Ini Penjelasan Kemenag

Yuswanto menyampaikan korban awalnya pada Minggu (28/04/2024) mengikuti latihan bela diri. Saat itu korban latihan sparing atau latih tanding. 

Usai latihan, korban merasakan sakit dan kemudian ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. 

"Iya sparing, namanya bela diri kan ada body contact. Setelah selesai latihan korban merasa kesakitan, terus dilakukan perawatan medis dan dinyatakan meninggal dunia tadi pagi," tuturnya. 

Menurut Yuswanto, latihan bela diri tersebut digelar di kompleks kampus korban. Namun, pihaknya masih melakukan pendalaman apakah kegiatan tersebut merupakan agenda kampus atau hanya meminjam lokasi. 

"Jadi ada dugaan, masih dugaan penganiayaan pada saat pelaksanaan kegiatan latih tanding itu. Pelaku juga sudah menyerahkan diri bersamaan dengan proses pembuatan laporan polisi di Polresta Sleman," paparnya.

Baca juga: Diprotes, Unsoed Keluarkan Aturan Baru soal UKT, Diklaim Terjangkau

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang



Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau