Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nyamuk Wolbachia di Kota Yogyakarta Diklaim Turunkan Kasus DBD 77 Persen

Kompas.com, 22 April 2024, 19:36 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kota Yogyakarta menjadi salah satu kota yang sudah berhasil menyebarkan nyamuk Wolbachia. 

Salah satu kelurahan yang disebar adalah Kelurahan Cokrodiningratan, Kota Yogyakarta pada 2017 silam.

Ketua Kelurahan Siaga Cokrodiningratan, yang saat ini menjabat sebagai Ketua Pemerti Kali Code, Totok Pratopo, menceritakan, waktu itu dirinya beserta Ketua PKK, dan sejumlah unsur daerah lainnya diundang di kelurahan untuk mendapatkan sosialisasi terkait upaya pengurangan demam berdarah.

 Baca juga: Cerita Warga Sleman Yogyakarta soal Penyebaran Nyamuk Wolbachia, Kasus DBD Turun dan Tidak Merasakan Dampak Negatif

Kala itu, Kelurahan Cokrodiningratan, Kota Yogyakarta adalah salah satu lokasi yang demam berdarahnya cukup tinggi.

Saat itu, teknologi Wolbachia baru saja dikembangkan di Australia dan Kota Yogyakarta menjadi kota pioner penerapan Wolbachia.

Semula, dirinya masih banyak bertanya-tanya terkait apa itu Wolbachia, dan apa manfaatnya bagi masyarakat. Cara-cara kovensional seperti habatisasi, dan fogging, pasalnya belum bisa menyelesaikan masalah.

"Saat saya menjabat sebagai ketua RW itu, kasus demam berdarah selalu berulang, meskipun sudah habatisasi, kerja bakti, fogging sudah berulang. Saya sendiri pernah belajar biologi walaupun sekilas menjadi tertarik," ujarnya saat dihubungi, Minggu (21/4/2024).

Baca juga: 9 Kasus Flu Singapura Ditemukan di Kota Yogyakarta, Ini Imbauan Dinkes


Baca juga: Kasus DBD Capai Ratusan, Stok Abate di Gunungkidul Habis 

Cara kerja nyamuk Wolbachia

Ia mengaku penasaran metodelogi untuk pencegahan demam berdarah dengan cara menyebarkan nyamuk yang ada bakteri.

Saat itu dirinya tidak langsung memutuskan mengiyakan daerahnya disebarkan, tetapi dirinya ingin belajar terlebih dahulu bagaimana cara kerja dari nyamuk Wolbachia.

"Saya kemudian dibari tahu laboratoriumnya WMP bebas dikunjungi asalkan ada perjanjian nanti dijelaskan ahlinya. Saya ajak teman-teman RW yang tertarik belajar lebih jauh nyamuk dikembangkan di labnya, saat itu hanya 5 orang yang mau ikut," bebernya.

Baca juga: Bagaimana Wolbachia Menurunkan Penyebaran DBD? Berikut Penjelasannya

Bahkan, awalnya ia menuntut adanya jaminan baik dari segi pengobatan, bantuan finansial bagi keluarga yang masih terkena demam berdarah dengue (DBD) apabila setelah penyebaran nyamuk Wolbachia masih ditemukan kasus DBD.

Namun, proyek penyebaran nyamuk Wolbachia itu akhirnya terus berlanjut.

"Kalau titik sebaran banyak tidak bersamaan, saya mengamati di kampung saya pinggiran Kali Code, Jetisharjo di RW saya itu ada 4 titik diberikan ember. Tiap dua minggu sekali datang melihat kalau sudah menetas diganti yang baru," jelas dia.

"Menengok ember, menuang telur baru lagi itu dilakukan berulang-ulang," ujarnya.

Baca juga: Perlu Waktu Setahun agar Nyamuk Wolbachia Bisa Tekan Kasus DBD di Bandung

Kasus DBD diklaim menurun

Ilustrasi nyamuk penyebab DBD. Serangan DBD dimulai 3-7 hari setelah timbulnya penyakit. Sakit perut yang parah dan nyeri tekan bisa muncul sebagai tanda peringatan DBD.Shutterstock/Witsawat.S Ilustrasi nyamuk penyebab DBD. Serangan DBD dimulai 3-7 hari setelah timbulnya penyakit. Sakit perut yang parah dan nyeri tekan bisa muncul sebagai tanda peringatan DBD.

Halaman:


Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau