YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kota Yogyakarta menjadi salah satu kota yang sudah berhasil menyebarkan nyamuk Wolbachia.
Salah satu kelurahan yang disebar adalah Kelurahan Cokrodiningratan, Kota Yogyakarta pada 2017 silam.
Ketua Kelurahan Siaga Cokrodiningratan, yang saat ini menjabat sebagai Ketua Pemerti Kali Code, Totok Pratopo, menceritakan, waktu itu dirinya beserta Ketua PKK, dan sejumlah unsur daerah lainnya diundang di kelurahan untuk mendapatkan sosialisasi terkait upaya pengurangan demam berdarah.
Kala itu, Kelurahan Cokrodiningratan, Kota Yogyakarta adalah salah satu lokasi yang demam berdarahnya cukup tinggi.
Saat itu, teknologi Wolbachia baru saja dikembangkan di Australia dan Kota Yogyakarta menjadi kota pioner penerapan Wolbachia.
Semula, dirinya masih banyak bertanya-tanya terkait apa itu Wolbachia, dan apa manfaatnya bagi masyarakat. Cara-cara kovensional seperti habatisasi, dan fogging, pasalnya belum bisa menyelesaikan masalah.
"Saat saya menjabat sebagai ketua RW itu, kasus demam berdarah selalu berulang, meskipun sudah habatisasi, kerja bakti, fogging sudah berulang. Saya sendiri pernah belajar biologi walaupun sekilas menjadi tertarik," ujarnya saat dihubungi, Minggu (21/4/2024).
Baca juga: 9 Kasus Flu Singapura Ditemukan di Kota Yogyakarta, Ini Imbauan Dinkes
Baca juga: Kasus DBD Capai Ratusan, Stok Abate di Gunungkidul Habis
Ia mengaku penasaran metodelogi untuk pencegahan demam berdarah dengan cara menyebarkan nyamuk yang ada bakteri.
Saat itu dirinya tidak langsung memutuskan mengiyakan daerahnya disebarkan, tetapi dirinya ingin belajar terlebih dahulu bagaimana cara kerja dari nyamuk Wolbachia.
"Saya kemudian dibari tahu laboratoriumnya WMP bebas dikunjungi asalkan ada perjanjian nanti dijelaskan ahlinya. Saya ajak teman-teman RW yang tertarik belajar lebih jauh nyamuk dikembangkan di labnya, saat itu hanya 5 orang yang mau ikut," bebernya.
Baca juga: Bagaimana Wolbachia Menurunkan Penyebaran DBD? Berikut Penjelasannya
Bahkan, awalnya ia menuntut adanya jaminan baik dari segi pengobatan, bantuan finansial bagi keluarga yang masih terkena demam berdarah dengue (DBD) apabila setelah penyebaran nyamuk Wolbachia masih ditemukan kasus DBD.
Namun, proyek penyebaran nyamuk Wolbachia itu akhirnya terus berlanjut.
"Kalau titik sebaran banyak tidak bersamaan, saya mengamati di kampung saya pinggiran Kali Code, Jetisharjo di RW saya itu ada 4 titik diberikan ember. Tiap dua minggu sekali datang melihat kalau sudah menetas diganti yang baru," jelas dia.
"Menengok ember, menuang telur baru lagi itu dilakukan berulang-ulang," ujarnya.
Baca juga: Perlu Waktu Setahun agar Nyamuk Wolbachia Bisa Tekan Kasus DBD di Bandung