Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nyamuk Wolbachia di Kota Yogyakarta Diklaim Turunkan Kasus DBD 77 Persen

Kompas.com, 22 April 2024, 19:36 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Usai penyebaran nyamuk Wolbachia, setahun berikutnya, kasus DBD terus menurun. Dari 3-5 kasus DBD, pada 2018 sudah tidak ada kasus sama sekali.

Menurut pengakuannya, tiap tahun di kampungnya selalu ditemukan kasus demam berdarah, bahkan dua kasus di antaranya meninggal dunia.

"Setahun berikutnya, kami mendapat kabar bahwa sebelumnya ada 3 sampai 5, 2018 sudah tidak ada kasus lagi. Periode saya dari 1999 sampai 2005 itu ada dua orang sampai meeninggal dunia tiap tahun ada kasus, baik yang harus opname, rawat jalan selalu jumlahnya 4-8," kata dia.

"2018 sudah tidak ada kasus, saya pribadi masih penasaran apakah dari sebaran nyamuk (wolbachia) atau ada sebab lain. Saya juga belum tahu syarat minimal populasi sampai mencapai tahap aman," katanya lagi.

Baca juga: Kasus DBD di Solo Meningkat, 45 Kasus di 2024, 2 Meninggal

Hingga saat ini, menurutnya Kelurahan Cokrodiningratan sudah zero kasus demam berdarah.

"Di kampung kami RW 7 zero case," katanya.

Sementara itu, Programer Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit DBD Dinkes Kota Yogyakarta, Rubangi, mengatakan, semua wilayah di Kota Yogyakarta sudah disebar nyamuk Wolbachia.

Lanjut dia, terakhir dilakukan monitoring yaitu pada 2023 sampai dengan awal 2024 sebaran Nyamuk Wolbachia di Kota Yogyakarta rata-rata sudah 82 persen lebih di tiap kecamatan.

"Di tiap Peskesmas kami punya petugas untuk memantau. Tapi, untuk monitoring populasinya masih kerja sama dengan Kedokteran Tropis UGM," timpalnya.

Baca juga: 90 Warga Jateng Meninggal akibat DBD pada 2024, Berikut Perincian Daerahnya...

Kasus DBD turun 77 persen

Terpisah, Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit Menular dan Imunisasi Dinkes Kota Yogyakarta, Endang Sri Rahayu, mengatakan, setelah dilakukan penyebaran nyamuk Wolbachia, kasus demam berdarah turun sebesar 77 persen di Kota Yogyakarta.

"Menurunkan kasus 77 persen dan menurunkan hospitalisasi 86 persen, yang masuk rumah sakit berkurang," kata dia.

Tahun lalu, kasus demam berdarah di Yogyakarta terdapat 88 kasus, dan tahun ini terjadi kenaikan seperti daerah-daerah lain di Indonesia. 

Pada 2024, kasus demam berdarah di Kota Yogyakarta 79 kasus.

"Memang faktanya ada kenaikan semoga terkendali jangan sampai ada yang meninggal," kata dia.

Baca juga: Kasus DBD Capai Ratusan, Stok Abate di Gunungkidul Habis

Endang menambahkan, sebelum disebar nyamuk Wolbachia, kasus tertinggi DBD pada 2016 sebanyak 1.700 kasus.

"Kalau melihat perjalanan tertinggi 2016 ada 1.700-an pada waktu itu, 2017 lalu menurun dan menurun walaupun ada fluktuasinya," katanya lagi.

Nyamuk Wolbachia disebar pertama kali pada 2015 di dua kecamatan yakni Wirobrajan dan Tegalrejo, dan sampai sekarang sebaran nyamuk Wolbachia sudah 80 persen dan sudah tidak akan disebarkan lagi.

"Dari penelitian masih 80 persen. Fokus sekarang nasional di lima kabupaten lain setelah Yogyakarta," kata dia.

Baca juga: Cerita Warga Sleman Yogyakarta soal Penyebaran Nyamuk Wolbachia, Kasus DBD Turun dan Tidak Merasakan Dampak Negatif

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Halaman:


Terkini Lainnya
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Pedagang TTS dan Kartu Pos di Yogyakarta Terus Bertahan: Tetap Laris di Kalangan Turis
Yogyakarta
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Berpotensi Viral, Pelaku Wisata di Gunungkidul Diimbau Tak 'Nutuk' Harga saat Libur Nataru
Yogyakarta
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Cerita Kusir Andong Malioboro Sambut Nataru: Kuda Diberi Jamu Bergizi hingga Waspada Musik
Yogyakarta
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Basuki Pastikan Kantor Wapres di IKN Segera Selesai
Yogyakarta
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Simak Jalur Alternatif Masuk Yogyakarta di Libur Natal-Tahun Baru, Jangan Sampai Terjebak Macet!
Yogyakarta
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Bantul kirim Tim Kesehatan ke Aceh Tamiang
Yogyakarta
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Target Kunjungan Wisatawan ke Sleman Saat Nataru Turun Dibandingkan Tahun Lalu, Ini Alasannya
Yogyakarta
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Viral Video Mahasiswa Diduga Mabuk Bikin Onar di Gamping Sleman, Ditangkap Polisi
Yogyakarta
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
UMP 2026 Tak Kunjung Terbit, Buruh Yogyakarta Resah dan Khawatir Dialog Jadi Formalitas
Yogyakarta
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Sleman Bersiap Hadapi Lonjakan Arus Nataru, Dishub Petakan Titik Rawan Macet
Yogyakarta
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Pemerintah Tak Kunjung Tetapkan Formula UMP, Pengusaha Yogyakarta: Kami Butuh Kepastian Aturan
Yogyakarta
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Swasta Boleh Tarik Tarif Parkir 5 Kali Lipat di Jogja, Aturannya Terbit Era Haryadi Suyuti
Yogyakarta
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Sultan Minta Pemkot Yogyakarta Tertibkan Parkir Liar: Kalau Kewalahan, Saya Terjun!
Yogyakarta
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Baru Saja Dilantik, 2.018 PPPK Kulon Progo Langsung Pecahkan Rekor Dunia Lewat Macapat
Yogyakarta
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Tak Pandang Hari Libur, Pengawasan Ibu Hamil di Gunungkidul Diperketat demi Kelahiran yang Aman
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau