"Saat saya unggah itu banyak yang komen, kalau ternyata di daerah lain juga banyak gaug seperti ini," kata dia.
Menurut Sofyan, dulunya Gaug digunakan untuk penanda adanya bahaya. Sekarang Gaug digunakan upada acara-acara tertentu.
Terdapat kurang lebih 3 Gaug di Kota Yoguakarta yakni di Pakualaman, Pasar Beringharjo, dan Pelengkung Gading. Menurut dia ada perbedaan suara antara Gaug di Beringharjo dengan yang berada di Pelengkung Gading.
"Kalau yang di Pelengkung Gading ini melengking, mungkin kalau zaman dulu kalau untuk memberitahu adanya bahaya suaranya naik turun. Ini untuk menjaga jadi tuas hanya diarahkan ke atas. Setelah melengking langsung turunkan," kata dia.
Sofyan menambahkan jangkauan suara Gaug Pelengkung Gading lebih jauh jika ke arah selatan karena masih sedikit bangunan-bangunan bertingkat.
"Kalau ke utara, barat, timur itu jangkauannya nggak jauh banyak bangunan bertingkat. Kalau ke selatan banyak masih jarang bangunan bertingkat. Bahkan di medsos juga ada yang komen kalau suara sampai ke Madukismo (pabrik gula)," kata dia.
Baca juga: Penjualan Busana Muslim di Bandung Selama Ramadhan Naik 3 Kali Lipat
Sementara itu Sejarawan sekaligus Dosen Universitas Sanata Dharma, Silverio Raden Lilik Aji Sampurno mengatakan, Gaug dulunya memang digunakan sebagai penanda bahaya terutama jika terjadi saat adanya serangan udara.
"Udah dari zaman Belanda dibuka, difungsikan kalau ada perang, srrangan udara jadi penanda aja," katanya.
Menurut data yang dimilikinya, suara Gaug dulunya bisa menjangau sampai jarak 5 kilometer. Namun saat ini karena banyaknya bangunan bertingkat jangkauan suara sudah tidak bisa seperti dulu.
"Pada masa lalu itu bangunan tidak semasif sekarang dan menurut data sampai radius 5 kilometer terdengar," ucap Rio.
Selain bangunan yang berpengaruh untuk jangkauan suara Gaug adalah polusi udara dan juga polusi suara dari kendaraan.
"Kalau sekarang polusi udara, dan hanya sekitar itu saja gak sampai ke tengah kota. Tugu pun sudah tidak terdengar," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.