KOMPAS.com - Tiga ekor sapi milik Budiyanto, warga Desa Jurangjero, Kecamatan Karangmalang, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah (Jateng), mati akibat penyakit mulut dan kuku (PMK).
Padahal rencananya, Budiyanto hendak menjual sapi-sapi itu selama periode Idul Adha 2024 untuk keperluan kurban.
"Memang (sapi) yang jantan sudah disiapkan untuk saya jual pada Idul Adha besok, tapi tidak bisa terselamatkan. Daripada merugi, sebelum mati saya sembelih," kata Budiyanto, Selasa (8/5/2024), dikutip dari TribunSolo.com.
Dia menjelaskan, ketiga sapinya telah mendapat penanganan dokter hewan usai menunjukkan gejala sakit, yakni tidak mau makan dan mengeluarkan banyak lendir, sejak dua pekan lalu.
"Sapinya tidak mau makan sama sekali. Disuntik sudah empat kali, tapi tidak ada reaksi, malah nambah parah, penyakitnya yang lebih kuat," ujar Budiyanto.
Baca juga: Cerita Nenek Hasinah, Guru Ngaji yang Kumpulkan Uang di Bawah Bantal untuk Naik Haji
"Sapi yang pertama mati Selasa kemarin, anaknya mati hari Kamis, yang terakhir mati pada Minggu malam," sambungnya.
Akibat hal ini, Budiyanto yang telah beternak sapi selama lima tahun itu mengaku mengalami kerugian sebesar Rp 50 juta.
"Saya punya sapi tiga ekor itu saja, sekarang mati semua," tandasnya.
Sementara itu, upaya pencegahan wabah PMK jelang Idul Adha 2024, di Kota Solo, Jateng, juga telah dilakukan.
Salah satunya, Pemerintah Kota (Pemkot) Solo telah mengimbau kepada para pedagang hewan kurban agar tidak mendatangkan sapi dari luar daerah Solo.
Baca juga: Kandang Ternak di Ambarawa Terbakar, 7.000 Anak Ayam Hangus Dilalap Api
Khususnya, Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan, dan Peternakan (Dispangtan) Kota Solo, Eko Nugroho Isbandijarso mengatakan, daerah yang masih memiliki sapi terjangkit PMK.
"Kami mengimbau para pedagang untuk tidak mendatangkan ternak dari daerah yang masih ada serangan PMK. Harapan kami, (pedagang) tidak memasukkan ternak dari daerah-daerah tersebut," ucap Eko.
Dia menyatakan, pihaknya pun telah membentuk tim pengawas yang akan bertugas di tempat penampungan hewan kurban. Mereka, jelasnya, akan mulai bertugas mulai H-3 Idul Adha, hari Idul Adha, dan hari tasyrik.
"Tim keliling di seluruh kelurahan, di tempat-tempat penampungan hewan kurban, pasti kami cek sebelum pelaksanaan (kurban). Penjual atau penampungan hewan kurban selalu kami cek kesehatan hewannya," paparnya.
Selain perihal kesehatan, Eko melanjutkan, tim pengawas juga akan mengecek usia hewan yang akan dikurbankan pada Idul Adha 2024.
"Umur (hewan kurban) juga harus minimal sudah powel (layak sembelih)," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.